Pagi ini (10/10/2012) kompas.com menayangkan sebuah berita yang berjudul "Hacker Kini Lebih Doyan Serang Ponsel Ketimbang PC" pada bagian Tekno-Cyberlife. Pada berita tersebut membahas tentang tingkat kejahatan cyber yang mulai bergerak ke-arah mobile.
Dimana kalimat-kalimat yang tertuang dalam tulisan Deliusno itu menjelaskan bahwa kejahatan- kejahatan yang terjadi di dunia Cyber dilakukan oleh Hacker. Seperti pada kalimat "Apabila beberapa waktu lalu para penjahat cyber (hacker) lebih memilih menyerang sistem komputer, kini mereka lebih gemar menyerang perangkat mobile"
Padahal dalam artikel- artikel seputar teknologi banyak yang sudah menjelaskan tentang perbedaan Hacker dan Cracker.
Hacker adalah sebutan untuk orang atau sekelompok orang yang memberikan sumbangan bermanfaat untuk dunia jaringan dan sistem operasi, membuat program bantuan untuk dunia jaringan dan komputer. Hacker juga bisa di kategorikan perkerjaan yang dilakukan untuk mencari kelemahan suatu system dan memberikan ide atau pendapat yang bisa memperbaiki kelemahan system yang di temukannya. Sedangkan Cracker adalah sebutan untuk orang yang mencari kelemahan system dan memasukinya untuk kepentingan pribadi dan mencari keuntungan dari system yang dimasuki (http://blog.duniascript.com).
Dalam wikipedia juga menjelaskan bahwa Peretas memiliki konotasi negatif karena kesalahpahaman masyarakat akan perbedaan istilah tentang hacker dan cracker. Banyak orang memahami bahwa peretaslah yang mengakibatkan kerugian pihak tertentu seperti mengubah tampilan suatu situs web (defacing), menyisipkan kode- kode virus, dan lain-lain, padahal mereka adalah cracker. Cracker-lah menggunakan celah-celah keamanan yang belum diperbaiki oleh pembuat perangkat lunak (bug) untuk menyusup dan merusak suatu sistem.
Jadi yang berbuat jahat di dunia Cyber bukanlah para Hacker, melainkan pelaku kejahatan di dunia Cyber disebut Cracker.
Masyarakat sudah banyak yang salah paham tentang istilah Hacker dan Cracker, jangan sampai dengan memunculkan berita oleh media massa seperti kompas, malah menyajikan istilah yang kurang tepat sehingga masyarakat malah salah dalam mengartikan istilah-istilah yang tertuang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H