Mohon tunggu...
M FarhanHidayat
M FarhanHidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Journalis Enthusiast

Think Creative

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Santri sebagai Pilar Kemerdekaan dan Pembangunan Masa Depan Bangsa

17 Agustus 2024   08:22 Diperbarui: 17 Agustus 2024   08:30 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar pribadi

Dalam peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-79 di Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago, Ustadz Nurjulizar, S.Ei., menyampaikan amanat yang menekankan peran penting santri dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa. Meskipun bangsa Indonesia telah terbebas dari penjajahan fisik, tantangan di era kontemporer tetap memerlukan perjuangan dari berbagai elemen masyarakat, termasuk santri, yang memiliki kontribusi historis dan kultural dalam kemerdekaan Indonesia.


Ustadz Nurjulizar menjelaskan bahwa istilah "santri" tidak sekadar merujuk kepada pelajar di pesantren, tetapi mengandung makna filosofis yang lebih dalam. Beliau menyebutkan bahwa santri dapat diinterpretasikan sebagai "Titisan Negeri," yang merepresentasikan anak bangsa Indonesia. Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia juga menunjukkan peran signifikan santri. Ustadz Nurjulizar menggarisbawahi bahwa tokoh-tokoh besar seperti Bung Karno dan Bung Hatta, yang memainkan peran sentral dalam perjuangan kemerdekaan, memiliki latar belakang pendidikan santri, dan kontribusi mereka sangat besar dalam membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan.

sumber gambar pribadi
sumber gambar pribadi

Dalam konteks saat ini, Ustadz Nurjulizar menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi oleh santri dan masyarakat secara umum telah berubah. Pada masa kolonial, perjuangan melawan penjajahan bersifat fisik dan menggunakan senjata. Namun, di era modern, penjajahan lebih bersifat mental dan intelektual, khususnya melalui pengaruh teknologi. "Dulu yang dijajah adalah otot melalui kerja paksa (rodi), sedangkan sekarang yang dijajah adalah otak melalui asupan konten negatif dari gadget," ujarnya. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran dalam bentuk dan sifat tantangan yang dihadapi oleh santri dalam mengisi kemerdekaan.


Ustadz Nurjulizar menekankan bahwa meskipun penjajahan fisik telah berakhir, perjuangan untuk membebaskan diri dari kebodohan, kemiskinan, dan pola pikir yang tidak produktif masih harus dilakukan. Santri diharapkan mampu berperan dalam menghadapi tantangan ini melalui peningkatan kualitas ibadah, pendidikan, dan kerja keras. Mengisi kemerdekaan dengan cara-cara yang positif dan bermanfaat, menurut Ustadz Nurjulizar, merupakan salah satu tanggung jawab utama santri sebagai generasi penerus bangsa.

Visi kemerdekaan yang diusung oleh Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago adalah kemerdekaan yang bermakna pertumbuhan, perkembangan, dan kebermanfaatan tanpa batas. Ustadz Nurjulizar mengajak seluruh santri untuk menjadikan kemerdekaan sebagai momentum untuk terus berkembang secara pribadi dan memberikan kontribusi bagi masyarakat dan bangsa.

Dengan demikian, santri tidak hanya diharapkan menjadi penerus perjuangan dalam menjaga kemerdekaan, tetapi juga menjadi agen perubahan yang mampu membawa bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah dan berdaya saing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun