Mohon tunggu...
Suryo Putro Bambang
Suryo Putro Bambang Mohon Tunggu... lainnya -

http://about.me/suryoputrobambang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memilih

27 April 2011   12:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:20 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Proses tawar-menawar bagi para pelaku pasar bersifat wajar. Cara yang ampuh sebagai sistem pengendali uap dapur. Sebagai konsumen, salah satu contoh penerapan prinsip ekonomi ini adalah pilihan tepat. Naas bagi penjual, menu makan mereka sangat ditentukan oleh keputusan mereka sendiri saat menerima tawaran. Apalah itu, ini pelajaran.

Memilih (harfiah) berarti menunjuk satu atau lebih dari semua tawaran yang tersedia. Tawaran (satu atau lebih) yang ditunjuk biasanya akan menjadi pedoman seseorang untuk melangkah. Dengan arti lain, Salah pilih berarti salah langkah.

Manusia memang selalu berhak atas hidupnya. Memperoleh semua yang mereka inginkan, mendapat kebahagiaan,  mempunyai kekuasaan, memiliki otoritas pribadi serta meraih sukses dalam hidup. Tapi seringkali manusia disudutkan pada sebuah peluang yang begitu kecil, sangat kecil dan semakin sempit sampai tak tahu harus berbuat apa.

Peluang yang kecil memang lebih baik dari pada non-peluang. Solusi terbaik adalah memanfaatkan peluang sekecil apapun sebaik mungkin. Setidaknya seseorang harus berani memilih untuk merubah diri, bangkit dan bertahan hidup. Ah, apa iya semudah itu?

Pada kenyataanya, dunia selalu menawarkan dua pilihan. Hidup mati, sehat sakit, kaya miskin, pria wanita, dan lain-lain semacamnya. Termasuk hasil akhir dari setiap perjuangan manusia. Berhasil atau gagal.

Berhasil atau gagalnya perjuangan manusia sangat ditentukan oleh seberapa besar keinginan mereka untuk berhasil dan seberapa giat mereka berjuang. Sisanya adalah tentang seberapa yakin Tuhan akan menjawab semua keinginan dan perjuangan mereka.

Sikap optimis menggiring imajinasi manusia pada sebuah keberhasilan. Walaupun banyak dari mereka hanya sekedar jaga gengsi, semata-mata hanya karena tidak ingin orang lain tahu bahwa sebenarnya mereka telah gagal. Pesimis bukan berarti bayang-bayang kegagalan. Tapi berpikir jauh kedepan tentang resiko terburuk apa yang akan terjadi jika pada saatnya suatu usaha berakhir dengan kegagalan.

Bukankah adanya polisi gadungan akibat tumbuhnya optimisme untuk jadi seorang polisi? Simak lagi kasus bunuh diri akibat gagal jadi dokter, stres karena tak kunjung mendapat gelar profesor, ataupun si Udin yang siap melompat dari ujung menara sutet karena gagal mendapatkan cinta si Inem.

Dengan kata lain, Optimisme adalah paham yang dapat membunuh manusia secara halus melalui proses keyakinan yang sembrono. Pesimispun definisinya hampir serupa. Jadi, struktur penempatannya bagaimana?  Mana yang lebih menjadi prioritas? Optimis atau Pesimis?

Mendapat sejumlah pilihan dan harus memilih, memang jadi kesulitan manusia dalam berpikir. Bahkan beberapa diantaranya beranggapan bahwa dunia seperti telah menyusut. Terminologi tersebut bila ditelisik dari sudut pandang bahasa ialah pengelompokan atau proses penyaringan atas perbendaharaan kata yang begitu luas. Sebagaimana manusia dihadapkan pada pilihan kalimat yang harus dipilih, yang setiap kalimat hanya mengandung satu tujuan tertentu. Walaupun selalu ada penjelasan lanjutan dibalik sebuah pilihan. Tetapi pilihan tetap pilihan.

Kasus tersebut sangatlah membatasi kinerja otak kiri, terkadang harus mengabaikan hati nurani. Tapi, ya seperti inilah kehidupan. Sifat dan tingkah lakunya memang selalu mengundang pro dan kontra. Gelagatnya tidak pernah bisa diprediksi apalagi dikendalikan. Kadang yang baik menjadi buruk, yang buruk terlihat baik, buruk bertambah buruk, atau bahkan yang terbaik bisa langsung nyungsep ke posisi paling buruk sekalipun tanpa melalui penurunan tahap yang semestinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun