Kalimat "man arofa nafsahu fakot arofa robbahu"Â yang dalam bahasa Indonesia berarti kenalilah dirimu niscaya mengenal Tuhanmu, tidak lain adalah sabda atau hadis nabi Muhammad, SAW.Â
Hendaklah sabda nabi ini diposisikan sebagai perintah, dan atas sabda nabi ini lalu kita pedomani untuk membangun pondasi diri. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bila sabda nabi tadi dikaji makna batiniahnya, lalu diposisikan sebagai tuntunan, dan dilaksanakan untuk menemu-kenali siapa sejatinya diri manusia itu.
Bila kalimat kenalilah dirimu niscaya mengenal Tuhanmu, diubah menjadi kalimat tanya: mungkinkah dapat mengenal Tuhan, sebelum mengenal diri sendiri? Tentunya akan dijawab tidak mungkin!
Agar tidak sia -- sia dalam melaksanakan firman Allah sebagai upaya meningkatkan kadar ketakwaan kita, mari dengan keyakinan akan ke Agungan-Nya berupaya mengenali diri sendiri terlebih dahulu sebagai pondasi membangun....................................................Â
Manusia menjadi insan yang berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur sebagai langkah nyata menemukanÂ
siapa sejatinya diri kita ini.
Untuk mengenal siapa sejatinya manusia, mari kita awali dengan membaca ulang riwayat singkat diciptakannya nabi Adam As. Nabi Adam, As. adalah manusia pertama ciptaan Allah, diciptakan dari segumpal tanah. Dibentuk menjadi bentukan yang paling sempurna, diantara mahluk ciptaan Allah. Kemudian ditiupkan Ruh kedalamnya.Â
Manusia merupakan makhluk paling sempurna diantara makhluk lain ciptaan Allah. Benarkah manusia merupakan makhluk paling sempurna, diantara makhluk -- makhluk lain ciptaan Allah? Benar.
Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 34. Dan ( ingatlah ) ketika Kami berfirman kepada para malaikat : Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur  dan adalah ia termasuk golongan orang--orang yang kafir.                    Â
Dari bunyi ayat tersebut, hendaklah sudah dapat dipahami bahwa manusia itu adalah makhluk paling sempurna  diantara makhluk -- makhluk lain ciptaan Allah.  Mengapa?  Mari dibayangkan malaikat saja diperintahkan sujud kepada Adam, yang pada dasarnya Adam adalah manusia. Apalagi bila manusia dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain ciptaan Allah, yang berupa tumbuhan atau binatang. Terlebih lagi bila manusia dibandingkan dengan iblis, setan, dan sebangsanya yang ada tetapi tidak kelihatan.
Karena itu, hendaklah manusia selalu berupaya menjaga kesuciannya, agar tidak tercemari oleh hawa nafsu yang berkiprah atas kendali iblis, setan dan sebangsanya.