Mohon tunggu...
BANGUN LUBIS
BANGUN LUBIS Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Bangun Lubis adalah wartawan Satujalan Network dan dosen di Stisipol Candradimuka Palembang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sepenggal Kisah Kezuhudan Ali bin Abi Thalib

30 Oktober 2014   03:52 Diperbarui: 16 Maret 2022   12:28 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ali bin Abi Thalib memiliki sifat yang begitu zuhud. Kezuhudan Ali bin Abi Thalib ini diakui oleh para sahabat dan Rasulullah SAW (Gambar ilustrasi: Pixabay)

Ali bin Abi Thalib adalah sepupu Rasulullah SAW yang demikian taqwa kepada Allah SWT. Kezuhudan Ali bin Abi Thalib diakui oleh para sahabat dan Rasulullah SAW sendiri. Berikut sepenggal kisah kezuhudan Ali bin Abi Thalib!

Ketakwaan Ali bin Abi Thalib, tak sekadar terlihat ketika dalam keluarganya bersama istrinya Siti Fatimah. Tetapi juga nyata ketika di mendatangi masyarakat, atau para pedagang di pasar.


Ali bin Abi Thalib mengajak mereka untuk beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.


Ajakan ini untuk terus beribadah dan membesarkan nama Allah di antara kaumnya yang saat itu masih cukup banyak yang belum beriman.


Baca juga: Sinar Keimanan Sahabat Ali bin Abi Thalib di Bawah Naungan Wahyu Ilahi


Perjuangan Ali bin Abi Thalib 


Perjuangan Ali bin Abi Thalib dalam menyebarkan dan mengajarkan agama Islam tidaklah mulus.


Banyak yang menentang bahkan sampai menunjukkan kedengkian kepada Ali bin Abi Thalib. banyak di antara, mereka yang mengganggunya hingga melalui fisik.


Namun Ali bin Abi Thalib tetap tabah dan senyum melihat tingkah laku dari kaumnya yang masih jahiliyah atau bodoh itu.


Dalam Buku Kisah Para Sahabat, yang ditulis oleh Muhhammad Faqih dari Universitas Alazhar, 1989, mengemukakan Ali bin Abi Thalib adalah orang kedua yang memeluk agama Islam setelah Siti Khadijah.


Dan kedua sahabat ini menunjukkan Keislamannya yang militan, dan mereka tak segan-segan meluangkan tenaga. Ali bin Abi Thalib pun bahkan menginfaqkan harta bendanya untuk menyebarkan dan menggelorakan agama Allah ke seluruh negeri di Tanah Arab.


Ali bin Abi Thalib sendiri adalah anak dari paman Rasulullah SAW, Abdul Muththalib bin Hasyim.


Paman yang membesarkan Rasulullah ini juga membuat Ali bin Abi Thalib  dan Muhammad SAW memiliki tali persahabatan yang sangat erat.


Bukan saja karena mereka bersaudara, tetapi karena persahabatan mereka yang begitu akrab, sehingga keduanya sejak kecil selalu membantu satu sama lainnya.


Baca juga: Meneladani Kesederhanaan Khalifah Ali bin Abi Thalib


Kezuhudan Ali bin Abi Thalib


Kisah Ali bin Abi Thalib  terlalu banyak untuk diungkapkan, tetapi diantaranya banyak pula yang menggugah hati, atas ketaqwaanya.


Ali bin Abi Thalib adalah orang yang tidak pernah mengandalkan harta dalam kehidupannya. Ia dengan istrinya Siti Fatimah putri Rasulullah SAW, selalu memiliki pola hidup sederhana.


Bahkan, pernah suatu hari mereka tak punya makanan untuk dimakan. Kendati saling bertatapan muka Ali bin Abi Thalib dan Fatimah, mereka juga menyebulkan senyum di bibir mereka atas kehidupan keluarganya yang miskin itu.


Tiada tampak kesedihan yang terlalu yang pada wajah Ali kendati ia menjalani hidup yang penih dengan kepedihan itu.


“Allah telah mengatur hidupku,”ujarnya sembari tersenyum kepada setiap sahabat yang bertanya tentang kehidupannya.


Suatu hari Ali bin Abi Thalib, diminta Fatimah untuk pergi membeli roti ke pasar, karena pagi itu tidak ada lagi yang harus mereka makan.


Namun, di tengah jalan Ali bin Abi Thalib bertemu dengan seorang peminta-minta, lalu ia menyerahkan uangnya untuk orang miskin yang lebih membutuhkan itu.


Ali bin Abi Thalib  pulang dengan tangan hampa. Lalu istrinya Fatimah, bertanya. “Mengapa engkau pulang begitu cepat wahai suamiku. Dan saya tidak melihat ada roti di tanganmu.”


Ali bin Abi Thalib menjawab, “Tadi ada seorang sahabat yang lebih memerlukan uang kita, karen telah lama tidak makan,” jawab Ali dengan senyum.


Istrinya, tidak marah, melainkan berkata, "Kalaulah demi Allah, uang itu sangat dibutuhkan oleh sahabat itu, tak menjadi soal wahai suamiku. Mari kita puasa hari ini,” ujar Siti Fatimah.


Demikian mulia hati Ali bin Abi Thalib dan istrinya, Siti Fatimah. Dengan kondisi mereka yang begitu berkekurangan, namun masih sempat untuk menginfaqkan uangnya bagi orang yang lebih membutuhkan. (*)


Baca juga: Meneladani Ali bin Abi Thalib Pembela Rasulullah Semenjak Remaja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun