Yogyakarta, Zulasmi, Lurah Desa Sorosutan Kecamatan Umbulharjo melakukan kunjungan sosialisasi ke wilayah RW 17 pada hari Ahad (15/01/23) di Aula SMA BIAS Yogyakarta. Sosialisasi yang dihadiri 50 perwakilan RT se-RW 17 tersebut, diselenggarakan guna menindaklanjuti Surat Edaran Walikota Yogyakarta No 660/6123/SE/2022 tentang Gerakan Zero Sampah Anorganik (GZSA).
Zulasmi mengaku geram masih banyak warganya yang membuang sampah anorganik di TPS RW 17. Hal tersebut diduga karena masih kurangnya sosialisasi (GZSA) oleh pemerintah setempat. "Saya minta ketua RW 17 mengerahkan anggotanya untuk memberikan edukasi kepada warga agar memilah sampah terlebih dahulu sebelum membuang ke TPS," ujar Zulasmi disela-sela pemaparannya.
Menurut Zulasmi, Kota Yogyakarta menghasilkan sampah rata-rata 65 ton setiap harinya. Dari total sampah tersebut, Kelurahan Sorosutan menyumbang sebanyak 15 ton sampah organik maupun anorganik. Hal tersebut menjadi kekhawatiran pihak pemerintah mengingat daya tampung TPS yang tidak sebanding dengan jumlah sampah yang masuk. TPS RW 17 yang terletak di Dusun Karanganyar merupakan salah satu diantara dua TPS yang dimiliki oleh Kelurahan Sorosutan.Â
TPS RW 17 ini terletak di tepi jalan utama yang cukup ramai lalu lalang berbagai macam kendaraan. Daya tampung maksimal TPS tersebut hnaya 5 ton sampah sementara jumlah sampah yang masuk lebih dari daya tampungnya. Sehingga para pekerja seringkali kewalahan saat memuatnya ke dalam truk. "Daya tampung maksimal TPS ini sebenarnya hanya 5 ton. Namun kenyataannya jumlah sampah yang diangkut oleh gerobak lebih banyak dari daya tampungnya. Sehingga ya mau tidak mau kami harus ekstra kerja keras agar dapat dimuat di hari itu juga," ujar Didik salah satu pekerja TPS saat melakukan proses pemuatan sampah ke dalam truk.
Pemerintah setempat terus berupaya melakukan berbagai cara untuk mengatasi masalah sampah. Diantaranya dengan menggerakkan kegiatan bank sampah, membangun sumur pengolahan kompos, dan sosialisasi penggunaan bahan ramah lingkungan. Menurut Zulasmi, terdapat cara efektif untuk mengatasi masalah sampah dengan menggerakkan program Kelola Sampah dari Hulu ke Hilir.Â
Program tersebut dimaksudkan untuk menekan sumbangan sampah rumah tangga yang merupakan hulu penghasil sampah. Jika sampah rumah tangga dapat dikelola dengan baik, maka sampah-sampah di tempat berikutnya pasti akan berkurang secara signifikan. "Perlu saya sampaikan bahwa kita harus mampu mengendalikan sampah rumah tangga. Jika sampah rumah tangga dapat dikendalikan, kami pastikan sumbangan sampah kelurahan ini akan berkurang drastis di kemudian hari," imbuh Zulasmi saat menyampaikan gagasannya di depan peserta sosialisasi GZSA.
Rumah tangga merupakan bagian kecial masyarakat yang sangat strategis dalam melaksanakan program pengendalian sampah. Dalam hal ini, kelurahan bekerja sama dengan kepengurusan PKK untuk bersama-sama mensosialisasikan pentingnya pengelolaan sampah apa saja yang bisa diolah, disimpan, dan dimanfaatkan oleh rumah tangga serta apa saja jenis sampah yang boleh dibuang di bak sampah yang selanjutnya akan dioleh lebih lanjut oleh pemerintah.
"Masalah sampah anorganik yang berupa plastik, dapat diolah dengan metode ecobrick. Plastik-plastik yang tidak dipakai silahkan dimasukkan dalam botol lalu dipadatkan dengan menggunakan bilah bambu atau kayu. Ingat, pastikan plastik dalam keadaan kering dan bersih," kata Cici penggerak PKK RW 17 saat mengedukasi pengelolaan sampah dalam kegiatan sosialisasi GZSA.Â
"Sampah-sampah residu seperti popok, pembalut, bungkus kertas makanan dan sejenisnya, silahkan dimasukkan dalam wadah khusus lalu tempatkan di bak sampah. Nanti akan diolah lebih lanjut oleh pemerintah setempat," imbuhnya. Menurut Cici, dengan melakukan hal-hal sederhana seperti itu, maka sampah anorganik akan berkurang drastis di TPS karena habis atau selesai di tingkat rumah tangga. Sementara barang-barang rumah tangga lainnya yang sudah tidak berfungsi seperti alat elektornik, kertas, besi dan sejenisnya, dapat dibawa ke bank sampah untuk diolah kembali.