Tulisan ini berangkat dari sebuah kenyataan, bahwa beberapa waktu lalu ada seorang perempuan yang bercerita, katanya, “Bang Syaiha, bagaimana ya agar suami saya bisa romantis? Pasalnya, setelah menikah, ia benar-benar berubah. Tidak begitu perhatian lagi, jarang mengucapkan cinta dan sayang, juga tak pernah memberikan kejuatan.”
“Padahal,” katanya kemudian, “sebelum menikah, saat kami masih pacaran, semua itu dia lakukan setiap hari. Mengingatkan agar saya tak telat makan, memberi hadiah ketika saya sedang merayakan hari jadi yang kesekian, atau mengucapkan sayang dan cinta yang tak terkatakan.”
“Jujur saja, saya merindukan masa-masa itu, Bang!”
Teman-teman sekalian, kejadian seperti ini tidak menimpa satu dua pasangan saja. Jumlahnya bisa ratusan, atau boleh jadi lebih. Banyak pasangan, terutama lelaki yang menjadi amnesia ketika sudah menikah. Lupa bagaimana caranya berlaku romantis kepada perempuannya.
Mengapa?
Karena bagi laki-laki, hal-hal romantis semisal memberi sekuntum bunga, mempersembahkan sebatang cokelat, atau hadiah-hadiah lainnya, tidak begitu penting lagi setelah akad terucap.
“Ngapain ngasih begituan? Toh dia sudah menjadi milik kita seutuhnya. Sudah menjadi istri. Aku punya pekerjaan lain yang jauh lebih penting dibandingkan harus mengurusi remeh temeh demikian.”
Padahal bagi perempuan, yang sepanjang hidupnya bergelung mesra dengan perasaan, hal-hal romantis adalah keharusan. Tak peduli ia jilbaber atau bukan, penjahat atau bukan, hal-hal kecil tadi, bagi mereka penting.
Sebenarnya, menciptakan keromantisan dalam hubungan rumah tangga itu mudah-mudah saja. Ia bisa dilakukan kapan pun, tidak mahal dan gampang. Tinggal kaliannya saja, mau melakukan atau enggan.
Apa saja yang bisa dilakukan agar keromantisan bisa terjaga?
Nah, ada beberapa yang bisa dilakukan sebenarnya. Ini adalah yang sering saya lakukan dan sudah terbukti bekerja dengan baik.