Agak miris juga membaca berita ini, Seorang Guru di Makassar di Penjara Karena Mencubit Siswanya. Masa hanya karena mencubit saja sampai di penjara? Alangkah mudahnya itu terjadi? Mengapa bisa demikian?Â
Jadi, setelah saya baca, ternyata bukan hanya mencubit sih, tapi juga menyiram anak didiknya dengan air bekas pel di mushalla sekolah. Saya tidak tahu, apakah air yang disiramkan itu banyak, atau hanya dipercikkan saja? Apakah ia disiram dari ujung kepala sampai kaki atau hanya diguyur sedikit saja?
Entahlah.. Yang pasti, anak ini tidak terima dan mengadukan perlakuan gurunya kepada orang tua.Â
Malangnya, anak yang dihukum demikian itu adalah anak dari seorang polisi. Ia tidak terima anaknya diperlakukan demikian dan melaporkan tindakan si guru ke kepolisian. Urusan berlanjut dan panjang. Guru yang kemudian saya tahu bernama Maya ini sampai sekarang masih di penjara.Â
Orang tua siswa sudah diajak berdamai saja tapi tidak mau. Tetap menginginkan Maya dipenjara.Â
Agak miris memang, kok mudah sekali orang tua naik pitam lalu memperkarakan guru ke ranah hukum hanya karena hal-hal yang boleh jadi tidak begitu krusial.Â
Beda sekali dengan orang tua - orang tua jaman dulu..Â
Saya ingat betul, ketika saya sekolah dan dicubit sampai telinga saya merah, lalu mengadu ke almarhum bapak. Beliau malah bilang, "Itu salah kamu! Guru memberikan hukuman pasti karena melihat ada tindak dan sikapmu yang tidak benar!"Â
Mendengar jawaban itu, saya tertunduk lesu.Â
Ketika sekolah, saya juga pernah mendapatkan pukulan di tangan karena kuku saya panjang. Lupa memotongnya. Sialnya hari itu guru melakukan sidak dan memeriksa kami semua. Kebersihan kuku dan penggeledahan tas.Â
Tas saya lolos. Nggak ada yang macam-macam di dalamnya. Hanya ada buku dan alat tulis saja. Tapi ketika tangan saya diperiksa, di balik kuku-kuku saya ada yang hitam-hitam, kotor karena saya suka bermain tanah.Â