Kalimat itu, beberapa hari ini menghantui kepala saya: "Dia sudah bekerja keras kok, siang dan malam, tapi rejekinya segitu-segitu aja! Kurang keras bagaimana lagi? Lah wong setiap hari berangkat ketika hari masih gelap dan pulang ketika hari sudah gelap lagi!"
Saya menyaksikan, memang begitulah adanya. Suaminya bekerja keras siang dan malam. Rasanya saya pengen bilang, "Selain bekerja keras, seharusnya juga bekerja cerdas, mbak."Â
Tapi tidak tega. Karena, jika kecerdasan diukur dengan keahlian suaminya dalam bekerja, maka dia ahli. Dia sudah bekerja di bidang itu bertahun-tahun. Kurang cerdas apalagi coba?Â
Jadi, menjadi kaya itu, sebab utamanya apa sih?Â
Apakah dengan memiliki pendidikan yang tinggi, otomatis orang akan menjadi kaya?
Nggak juga. Buktinya, banyak loh teman-teman saya yang sudah kuliah di kampus ternama, bahkan sudah ada yang sampai S2 dan S3, tapi kehidupannya biasa saja. Cukup memang buat makan dan kehidupan sehari-hari. Tapi dia nggak kaya raya. Uangnya ada, tiap bulan masuk. Tapi ya segitu-segitu aja lah. Rumah masih ngontrak, padahal menikah sudah lima tahun lebih.Â
Kalau kekayaan itu hanya milik orang-orang berpendidikan tinggi saja, maka seharusnya mereka kaya raya dan hidup enak. Sedekah mudah. Naik haji gampang.Â
Apakah dengan bekerja keras siang dan malam, akan mengantarkan orang tersebut menjadi kaya?Â
Nggak juga. Buktinya, nih tukang yang lagi renovasi di rumah saya, kalau dibilang apakah mereka tidak bekerja keras? Oh... Jangan ditanya lah! Mereka bahkan bekerja ketika saya kadang masih belum bangun (karena habis Shubuh kadang suka ketiduran). Sepanjang hari, dari pagi hingga sore, mereka tidak berhenti.Â
Kurang keras apa coba kerjanya mereka? Tapi ya rejeki begitu-begitu saja.Â
Jadi, kaya itu sebabnya apa sih?