Mohon tunggu...
Bang Suryana
Bang Suryana Mohon Tunggu... -

wirausahawan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pertandingan Masih Panjang

12 Juli 2014   21:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:32 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

9 Juli telah usai, hari pencoblosan Pilpres telah berlalu. Bagi sebagian besar kalangan dan pengamat, moment setelah pencoblosan dan kemudian diikuti dengan berbagai hasil quick count seyogyanya akan menjadi lemari pendingin yang segera menurunkan tensi politik yang sangat panas, terutama dikalangan pendukung masing-masing.  Tetapi ternyata kondisi sebaliknya yang terjadi, tensi ternyata semakin panas, karena masing-masing elit dan kandidat yang bertarung dianggap tidak mampu menahan diri.

Kemenangan Jokowi-JK Versi Quick Count

Hasil quick count 12 lembaga Survei menunjukkan bahwa 8 Lembaga Survei yang mengunggulkan pasangan Jokowi-JK akan menjadi pemenang Pilpres, sedangkan hanya 4 Lembaga Survei yang mengunggulkan pasangan Prabowo-Hatta. Berkaca dari hasil quick count tersebut, tentu saja hal ini menjadi suka cita bagi pendukung Jokowi-JK mengingat selain jumlah lembaga yang memenangkan mereka lebih banyak, reputasi dan track record Lembaga Survei yang memenangkan pasangan mereka dianggap jauh lebih kredibel. Maka wajar saja, bilamana hasil quick count ini yang langsung disikapi dengan “deklarasi kemenangan” versi quick count dari Jokowi-JK.

Bagi pendukung Prabowo-Hatta, sebagian besar mencoba realistis dan bisa menerima hasil quick count ini. Apalagi pendukung Prabowo-Hatta sebagian besar banyak diwilayah perkotaan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yang mau tidak mau pasti akan terpengaruh dengan hasil Quick count dari Lembaga Survei yang dianggap kredibel, sedangkan yang memenangkan pasangan mereka adalah Lembaga Survei yang dianggap “abal-abal”.  Hal ini terlihat dari status dan postingan media sosial yang lebih banyak diisi pendukung Jokowi-JK yang bersuka cita sedangkan pendukung Prabowo-Hatta seperti “menghilang” pasca Quick count.

Jurus Quick Count Tandingan

Kondisi  ini disadari oleh tim Prabowo-Hatta. Mengingat pertandingan yang belum usai apalagi selisih quick count yang tidak terpaut jauh maka berbagai strategi disiapkan untuk mengcounter dan menaikkan moral serta semangat pendukung  pasca quick count agar tidak terpengaruh hasil quick count versi “Lembaga Survei Jokowi” .

Berbagai strategi yang disiapkan antara lain :

- Deklarasi kemenangan Tandingan bahkan sampai melakukan sujud syukur berdasarkan quick count Internal.

- Terus menerus memunculkan hasil quick count 4 Lembaga Survei yang mengunggulkan mereka di Stasiun Televisi dan Media Pendukung terutama dari Grup Viva dan MNC.

- Mengangkat Isu bahwa sebagian besar lembaga quick count yang memenangkan Jokowi-JK adalah pendukung ataupun konsultan politik Jokowi-JK

- Mengangkat opini, bahwa hasil Quick count belum tentu sama dengan Real Count KPU tanggal 22 Juli. Apalgi Tahun 2004 pasangan Mega-Hasyim yang percaya dengan hasil quick count ternyata kalah di real count versi KPU dari pasangan SBY-JK.

- Mengangkat berita apa yang dianggap “keanehan” versi Quick count yang memenangkan   Jokowi-JK yang dianggap sebagai konspirasi memenangkan Jokowi-JK.

Strategi ini cukup berhasil sedikit banyak cukup mengangkat kembali moril dan semangat pendukung yang sempat goyah, minimal menjaga asa pendukung sampai dengan tanggal 22 Juli.

Blunder Quick Count Tandingan

Keberhasilan mengcounter isu kemenangan Jokowi-JK rupanya harus dibayar mahal oleh  Grup Bakrie (Viva) dan MNC Group yang merupakan pendukung Prabowo-Hatta. Hasil quick count tandingan yang terus menerus disiarkan dari Lembaga Survei yang dianggap  tidak kredibel membuat khususnya pengguna media sosial membully TV One dan membuat berbagai memeo dengan hastag #TvoneMemangBeda, yang menjadi Trending Topik pengguna Twiiter.

Tidak hanya dibully di media sosial, dampak penayangan hasil quick count yang dianggap tidak kredibel juga berimbas pada  merosotnya harga saham perusahaan penyokong Prabowo-Hatta yaitu Grup Viva dan MNC pada perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta yang dianggap menyalahgunakan kepentingan publik untuk kepentingan politik.

Selain itu ada dengan akan dilakukannya audit oleh Organisasi Lembaga Survei (Persepi) terhadap seluruh Lembaga Survei yang menampilkan hasil Quick count menjadi sebuah kekhawatiran tim Prabowo-Hatta, khawatir bilamana ternyata hasil kesimpulan audit memang Lembaga Survei yang memenangkan mereka telah “diarahkan” dan kemudian diumumkan ke publik. Tentu saja ini akan mencoreng dan menjatuhkan pamor Prabowo-Hatta di mata publik. Oleh karena itu harus disiapkan jurus lain untuk mengalihkan isu quick count ini.

Jurus Jitu Real Count

Langkah awal adalah dengan  memunculkan hasil quick count Litbang Kompas yang memenangkan Jokowi-JK untuk menaikkan kembali pamor Viva Grup dengan quick count yang “berimbang”. Strategi ini tidak bertahan lama, karena khawatir  TV One dianggap mendukung “kemenangan Jokowi-JK”, sedangkan media pendukung Jokowi-JK tidak pernah menampilkan hasil quick count versi mereka.

Jurus selanjutnya adalah dengan Strategi real count. Real count dianggap sebuah taktik yang paling jitu untuk mengimbangi hasil quick count yang tidak berpihak pada Prabowo-Hatta. Dikeluarkanlah real count versi tim Prabowo Hatta yang dilakukan oleh tim PKS  menunjukkan bahwa pasangan Prabowo-Hatta masih unggul sampai dengan Jumat malam (11/7/) dengan keunggulan 51,5% untuk Prabowo-Hatta dan 48,5 untuk Jokowi-JK. Hasil ini terus dimunculkan oleh media-media pendukung Prabowo- Hatta sampai dengan sekarang walaupun dari track recordnya, hasil real count PKS pernah meleset sekitar 3% dari hasil KPU pada Pileg sebelumnya.

Strategi ini sepertinya cukup efektif. Selain KPI yang kemudian melarang menampilkan hasil quick count dari kedua belah pihak, Strategi jitu dengan terus menerus menampilkan hasil real count di Stasiun TV dan media pendukung membuat asa sebagian pendukung yang sudah mulai hilang sebelumnya kini bergelora kembali. Suara-suara pendukung Prabowo-Hatta yang sempat “menghilang” di media sosial kini kini kembali bertebaran. semangat untuk tidak menyerah sebelum perhitungan KPU 22 juli, status -status tentang real count yang menunjukkan Prabowo-Hatta  unggul serta hasil quick count yang bisa berbeda dengan real count menjadi senjata baru. Bahkan isu teror kepada Lembaga Survei pendukung Prabowo-Hatta diangkat oleh pendukungnya.

Pertandingan Masih Panjang

Diluar apakah akan terjadi kecurangan atau tidak, tentu saja tanggal 22 juli adalah tanggal yang paling ditunggu oleh kedua pasangan calon termasuk para pendukungnya. Awalnya saya mengira setelah quick count akan menjadi antiklimaks bagi salah satu pendukung calon yang kalah di quick count dan menjadi akhir perseteruan antar pendukung, ternyata saya salah, Ronde ke-2 baru saja dimulai, suhu justru ternyata makin panas, dan bukan tidak mungkin setelah penghitungan oleh KPU pada tanggal 22 juli suhu justru makin panas, karena tim yang kalah sudah menyiapkan strategi selanjutnya, yaitu “telah terjadi kecurangan”, “akan menggugat ke MK”, "KPU tidak netral",  dan lainnya, sehingga masih belum mau menyalami serta memberikan selamat kepada pemenang. Dan akhirnya  ronde ke-3 pun disiapkan!!

Cape deehh!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun