Telah diuraikan dalam tulisan sebelumnya, dinyatakan bahwa manusia ketempatan hawa nafsu. Oleh karena itu hendaklah kita tidak mengumbar hawa nafsu, dalam melakoni kehidupan di atas dunia ini. Mengapa? Karena kalau kita tidak ingat dan sadar, justru kitalah yang akan dikendalikan oleh hawa nafsu yang berkiprah atas kendali iblis.
Bukankah iblis telah bersumpah akan menjerumuskan kita sebagai manusia? Mari kita simak kembali surat Al Hijr ayat 39 berikut. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, ayat 40. kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlisdi antara mereka."
Catatan : Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah Swt.
Bagaimana cara mengendalikan hawa nafsu? Caranya adalah  dengan mengamalkan atau mengaktualisasikan atau mengejawantahkan atau mewujud - nyatakan perintah dan petunjuk Tuhan kedalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata kita sehari - hari, sebagai pedoman hidup. Dengan kata lain kita berupaya keras, tidak memberi ruang gerak iblis mengendalikan hawa nafsu kita.
Jangan dibalik, seperti kebanyakan orang lakukan. Kalau ada orang kesurupan, orang sakit, orang meninggal dan lain-lain baru dibacakan ayat – ayat Al Qur’an. Ini namanya menurunkan derajad Al Qur’an. La Al Qur’an itu kan perintah dan petunjuk Allah, bukannya diamalkan malah diturunkan derajadnya menjadi jimat atau mantra, hati – hati lho. Surat Al Baqarah ayat 2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
Hakekatnya jodoh, mati dan rizki manusia, sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Jadi sesungguhnya hidup manusia, hanya tinggal melaksanakan perintah dan petunjuk Tuhan saja. Karena segala sesuatu yang akan terjadi atas diri manusia, semuanya sudah tercatat dalam suatu kitab yang nyata, sebagaimana difirmankan dalam surat Al An’aam ayat 59 berikut. Dan pada sisi Allahlah kunci – kunci semua yang gaib; tak ada  yang  mengetahuinya  kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang didaratan dan dilautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya ( pula ), dan  tidak  jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis  dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfuzh ).      Â
Tidak ada tempat meminta pertolongan, melainkan hanya kepada Allah. Oleh karena itu mari dibiasakan, agar setiap permintaan dilandasi rasa iklas dan sabar, insya-Allah terkabul. Tidak terjebak dengan kebiasaan atau budaya siap saji (instant), atau dengan kata lain cepat memperoleh apa yang diinginkan. Karena kebiasaan atau budaya seperti ini, akan dapat  mendorong kearah perbuatan menduakan atau menyekutukan Tuhan.
Sebaliknya, kita hendaklah mengedepankan kesabaran dan selalu ingat ( Jawa = eling ) kepada-Nya ( mendirikan shalat ) dalam keadaan apapun. Baik dalam keadaan kekurangan, penderitaan dan kesempitan, karena sesungguhnya Allah beserta orang – orang yang sabar, sebagaimana difirmankan dalam surat Al Baqarah ayat 153 berikut. Hai orang – orang yang beriman, mintalah pertolongan ( kepada Allah ) dengan sabar dan ( mengerjakan ) shalat sesungguhnya Allah beserta orang – orang yang sabar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H