Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Microchips Manusia

11 Juli 2016   11:20 Diperbarui: 11 Juli 2016   11:28 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sesungguhnya manusia adalah camat alias calon mati. Surat Al Baqarah ayat 28. Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidup kan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.  

Peristiwa kematian, mestinya dapat menjadi pengingat kita. Karena sekaya apapun, setinggi apapun derajat, pangkat dan jabatan seseorang. Kenyataannya sampai detik ini belum pernah kita melihat, ada orang yang meninggal membawa jabatan dan semua hartanya yang melimpah, keliang kubur.   

Tidak usah mentang – mentang, dirinya menjadi pejabat; menjadi pengusaha dan lain – lain profesi yang sukses, lalu mobil dijejer dirumahnya sampai belasan biji. Kenyataannya setelah meninggal dunia, tidak ada satu kendaraanpun yang digunakan untuk mengantar jenazahnya ke kuburan. Bahkan untuk membawa jenazahnyapun, masih harus mencari pinjaman dari pihak lain dengan membayar. 

Kenyataan tadi mudah - mudahan dapat menjadi pengingat dalam melakoni hidup dan  kehidupan diatas dunia ini. Apa yang ada diatas dunia ini, hanya bersifat sementara dan kehidupan langgeng ada disisi Allah, Tuhan Yang Maha Suci. Kita harus yakin, sesungguhnya harta dan anak – anak sekalipun, tidak lain hanyalah merupakan cobaan atau ujian bagi kita.

Mari disimak surat Al Anfal ayat 28. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak – anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar.

Demikian juga surat Al An’aam ayat 94. Dan sesungguhnya kamu datang  kepada  Kami   sendiri –  sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan  kamu tinggalkan  dibelakangmu  ( di-dunia ) apa yang telah  Kami  kurniakan  kepadamu ; dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafa’at yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu–sekutu Tuhan diantara kamu. Sungguh telah terputuslah( pertalian ) antara kamu dan telah lenyap dari pada kamu apa yang dahulu  kamu anggap sebagai sekutu ( Allah ).                                 

Jangan kita beranggapan ujian Allah itu, berasal dari orang atau pihak lain. Karena sesungguhnya semua ujian atau cobaan itu berasal dari diri kita sendiri, yang sudah dibawa sejak dilahirkan ( Jawa=gawan bayi ). Disinilah berat dan sulitnya untuk mengobati, karena ujian itu sudah ada sejak manusia dilahirkan. Dan yang dapat mengobati, hanyalah diri kita sendiri, baru Allah mengabulkan.

Kalau apa yang telah dikaruniakan Tuhan, tidak dibawa kembali menghadap kepada Yang Maha Suci, lalu apa bekal yang harus dibawa saat menghadap kepada Yang Maha Suci? Sesungguhnya jawaban atas pertanyaan tersebut sangat mudah, tetapi  pelaksanaannya  yang  tidak  segampang mengucapkannya.

Mari kita kaji surat Al Baqarah ayat 263. Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan  (perasaan si penerima)  Allah  Maha Kaya lagi Maha Penyantun.

Ayat ini menunjukkan, bekal pertama adalah perkataan yang baik. Baik kepada sesama mahluk ciptaan Tuhan dan atau khususnya kepada sesama manusia, apapun warna kulit, bahasa, suku bangsa dan agamanya.

Betapa eloknya, manakala setiap perkataan yang terlontar dari mulut seseorang itu dapat melegakan dan menyejukkan hati yang mendengarnya. Syukur bila setiap ungkapan kata yang terlontar dari mulut, disamping melegakan dan menyejukkan sekaligus merupakan do’a bagi yang mendengarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun