Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perilaku Burung Emprit Berterimakasih

26 Januari 2019   08:18 Diperbarui: 26 Januari 2019   08:34 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hati terlintas, sepasang burung emprit tadi mungkin memberi isyarat kepada penulis, agar tidak memotong cabang kering dulu, karena masih ada warganya yang menghuni sarang tersebut. Setelah melihat perilaku sepasang burung emprit tersebut, penulis lalu mengurungkan niat dan  tidak melanjutkan pemotongan cabang kering tadi, lalu turun.

Setelah lama cabang kering penulis biarkan tetap seperti kondisi semula, sampai akhirnya kedua sarang burung emprit tersebut terlihat lapuk. Melihat kondisi sarang yang sudah lapuk tersebut, penulis yakin kalau kedua sarang tersebut sudah ditinggal pergi atau sudah tidak di huni lagi. Akhirnya penulis memanjat pohon mangga kembali dengan membawa gergaji, untuk memotong kedua cabang kering tersebut.

Penggergajian sudah dimulai, dan tanpa penulis ketahui dari mana datangnya, hinggap lagi sepasang burung emprit di cabang kering yang akan dipotong. Melihat datangnya sepasang burung emprit, penulis lalu berhenti menggergaji dan sengaja memandang kearah dimana sepasang burung emprit hinggap. 

Sesaat kemudian sepasang burung emprit tadi berbunyi, prit, prit, prit, lalu terbang entah kemana perginya. Dalam hati terlintas kembali, sepasang burung emprit tadi mungkin mengucapkan terima kasih, dan memberi tahu kalau anak -- anaknya sudah besar dan sudah bisa terbang meninggalkan sarang tersebut.

Melihat kejadian tersebut, penulis merasa bersyukur ibarat mendapat perintah dan petunjuk secara langsung dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, melalui perilaku sepasang burung emprit. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya ayat - ayat Allah itu ada dua macam, yaitu ayat -- ayat Allah yang tertulis berupa Al Qur'an dan atau Kitab Suci lainnya, dan ayat - ayat Allah yang tidak tertulis berupa semesta alam atau jagad raya seisinya, termasuk diri manusia, tumbuhan dan binatang tentunya.

Surat Al Baqarah ayat 251. Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberi kan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.

Surat Al Baqarah ayat 252. Itu adalah ayat-ayat dari Allah, Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus.

Penulis merasa trenyuh sekaligus bangga dapat melihat dan merasakan kejadian tersebut, burung saja dapat berterima kasih atas perbuatan orang ibaratnya. Tetapi mengapa, manusia yang diciptakan sebagai makhluk paling sempurna diantara mahluk ciptaan Allah, banyak yang lupa untuk bersyukur atas karunia yang diterimanya. 

Banyak orang yang tidak dapat berterima kasih atas perbuatan seseorang, dan bahkan tak jarang malah menghujat, memfitnah, mencemooh dan melakukan perbuatan keji lainnya. Dapat dibayangkan, kalau sesama manusia saja sulit untuk menghargai perbuatan orang lain, apalagi menghargai, menyayangi dan mengasihi makhluk lain ciptaan Allah, tentunya akan sangat sulit. Ungkapan ini bila dikaji dari sisi penulis sebagai manusia.

Sebaliknya bila dikaji atau ditilik dari sisi pohon mangga, alhamdulillah penulis mendapat pelajaran yang sangat tinggi nilainya. Betapa tidak, karena kejadian ini seolah -- olah penulis ditunjukkan secara langsung oleh Allah Swt, jadilah engkau layaknya pohon mangga itu. 

Meskipun dahannya sudah kering kerontang, namun masih bisa mengayomi dan memberi manfaat bagi kelangsungan hidup si burung emprit, di satu sisi. Dan disisi lain lihatlah perilaku burung emprit itu, hendaklah engkau dapat berlaku menghargai dan berucap terima kasih kepada siapapun, yang telah berbuat kebaikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun