Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perilaku Burung Emprit Berterimakasih

26 Januari 2019   08:18 Diperbarui: 26 Januari 2019   08:34 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bila suatu saat buahnya cukup banyak, tak jarang orang datang mau memborong buah mangga yang masih di pohon tersebut, tetapi penulis tidak pernah menjualnya. Bila mangga sudah tua dipetik, lalu sebagian besarnya dibagikan kepada tetangga dan pedagang di sekitar rumah.

 Dengan demikian beliau -- beliau tadi, yang setiap harinya melihat sejak bunga sampai buah dipanen, juga dapat merasakan manis asamnya buah mangga.

Hingga saat ini tepatnya bulan Januari 2019, berarti penulis sekeluarga sudah menempati rumah ini sekitar 25 tahun. Dengan bertambahnya waktu, pohon mangga dermayu tadi sudah berumur lebih dari 30 tahun. Dan setelah penulis ukur, ternyata diameter pohon mangga saat ini sudah mencapai kira -- kira 42 Cm, dan jaraknya dari dinding depan rumah sekitar 40 Cm.

Halaman menjadi teduh dan sejuk memang, karena kerimbunan pohon mangga dan tanaman lainnya. Bahkan pernah tawon madu liar ( Jawa = tawon gung ) dua kali membuat sarang di pohon mangga ini, dan penulis sempat memanen madunya sekali. Kecuali itu, rupanya burung-burung juga tertarik untuk menginap, dan membuat sarang di pohon mangga tersebut. 

Pada suatu waktu terdapat sarang burung emprit 5 buah dan bahkan lebih, belum lagi sarang burung kutilang. Kesemuanya aman - aman saja, karena memang tidak ada orang yang mau mengusik keberadaan sarang -- sarang burung tersebut.

Karena burung yang bersarang silih berganti, sudah barang tentu diatas pohon yang sama terdapat kondisi sarang burung yang berbeda-beda. Ada kalanya sarang burung yang terlihat masih baik kondisinya, dan ada pula sarang burung yang terlihat sudah lapuk, artinya sarang tadi sudah tidak ditempati oleh penghuninya. 

Di dunia memang tidak ada yang langgeng, tidak terkecuali tanaman. Seiring dengan silih bergantinya burung -- burung membuat sarang, ada sarang yang terletak pada cabang kering yang posisinya di pohon paling atas. Dan yang kebetulan dari kedua cabang kering ini, masing -- masing terdapat sebuah sarang burung emprit. 

Hanya bedanya, bila dilihat dari kenampakan sarang, satu diantaranya sudah terlihat agak lapuk, karena mungkin sudah lama ditinggalkan penghuninya. Sedangkan lainnya kelihatan masih tampak bagus kondisinya, dan yang kemungkinan masih ada penghuninya. 

Mengingat posisi cabang kering ini ada dipohon paling atas, penulis khawatir kalau cabang ini sewaktu-waktu akan patah dan jatuh menimpa genteng, bila diterpa angin dan atau hujan deras. Untuk menghilangkan kekhawatiran tersebut, suatu saat penulis memanjat pohon mangga sambil membawa gergaji, dengan maksud akan memotong cabang yang sudah kering tersebut. 

Begitu sampai diatas, penulis lalu mulai menggergaji cabang kering yang sarangnya terlihat sudah lapuk. Dan memang sejak semula penulis tidak berniat akan memotong cabang yang sarangnya masih terlihat bagus kondisinya, karena penulis beranggapan sarang yang lebih bagus ini masih ada penghuninya.

Ketika sedang menggergaji salah satu cabang kering tadi, sesaat kemudian tanpa penulis ketahui dari mana datangnya, hinggap sepasang burung emprit di cabang kering lainnya. Mengetahui ada sepasang burung emprit hinggap di cabang kering lainnya, penulis berhenti menggergaji dan memandang kearah dimana sepasang burung emprit hinggap. Sesaat kemudian sepasang burung emprit tadi berbunyi prit, prit, prit, lalu terbang entah kemana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun