Rumah penulis menyatu dengan Apotek Sido Waras, beralamat di jalan Rajabasah Raya Blok E No. 06 Perumnas Way Halim, Bandar Lampung. Berdomisili di Perumnas tidak berarti memilikinya sejak awal atau sebagai orang pertama, namun membeli dari pemilik lama yang pindah ke Padang.Â
Pembelian kepada pemilik lama memang dilakukan secara tunai, tetapi uangnya dapat meminjam dari Bank Tabungan Negara (BTN) dan yang pengembaliannya diangsur selama 10 tahun. Patut penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, meskipun didapat melalui jalan berliku toh akhirnya penulis mempunyai rumah sendiri. Sekaligus mengakhiri pindah dari satu rumah ke rumah yang lain, karena selama 6 tahun penulis menempati rumah kontrakan.
Di halaman depan rumah sudah terdapat pohon mangga dermayu, yang berjarak sekitar 4 meter dari dinding depan rumah. Pada saat awal menempati rumah ini bulan Oktober tahun 1993, diameter pohon mangga tersebut baru lebih kurang 7 Cm.Â
Kemudian untuk menambah keasrian dan peneduh, maka disekitar pohon mangga lalu ditanami berbagai tanaman obat, dipadu dengan tanaman bunga pot dan kolam kecil dengan beberapa jenis ikan.
Lebih kurang 3 tahun setelah penulis sekeluarga menempati rumah ini, baru dapat menambah dan memodifikasi tata letak ruangan. Diantaranya membuat kamar dilantai 2, yang memang lantai duanya sudah ada sejak ditempati pemilik sebelumnya.Â
Ruang tamu sebelumnya dialih fungsikan sebagai kamar tidur utama, sedangkan kamar tidur sebelumnya dinding depan di bedah dan diperpanjang kedepan, hingga hanya berjarak sekitar 65 Cm dari pohon mangga.
Dengan adanya berbagai tanaman tersebut, kecuali dapat berfungsi sebagai peneduh halaman rumah, juga sebagai hiasan ( Jawa = pethetan ), sekaligus juga berfungsi sebagai penyaring udara.Â
Tetapi karena pohon mangga setiap saat berbuah, dan bila buahnya di makan dapat menyebabkan orang kenyang ( Jawa = mlenthet ); Maka tanaman yang ada di halaman depan rumah secara keseluruhan, kurang tepat bila hanya disebut hiasan (pethetan). Akan lebih tepat bila disebut plenthetan, artinya pethetan yang dapat memlenthetkan alias tanaman yang berfungsi sebagai hiasan namun mengenyangkan.
Pohon mangga ini tumbuh subur dan berbuah terus menerus, bisa dikatakan tidak mengenal musim. Pohon tersebut selalu ada buahnya, walaupun di pasar belum ada buah mangga yang diperjual belikan.Â
Artinya pohon mangga ini tanpa terputus selalu ada bunganya, ada buahnya yang masih sangat kecil, ada buahnya yang kecil, ada buahnya yang sedang, ada buahnya yang besar, ada juga buahnya yang sudah tua, ada buahnya yang sudah matang dan bahkan kadang -- kadang ada juga buahnya yang sudah di makan kalong sebagian.
Bersyukurnya lagi, penulis sekeluarga dapat membantu para ibu hamil, kapanpun bila membutuhkan mangga mengkal buat anak yang dikandung, katanya. Istilah Jawanya, ibu yang sedang nyidham. Tidak memandang siapa yang memintanya, bagi mereka yang membutuhkan dipersilahkan dan tak jarang mereka mengambil sendiri, setelah diberi izin.Â