Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tamparan Bangga

19 Januari 2019   08:05 Diperbarui: 19 Januari 2019   08:25 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mas B.S digunakan sebagai contoh, karena menurut cerita bapak didasarkan atas keberanian dan ketepatannya dalam pengambilan keputusan. Dikatakan keberanian dalam pengambilan keputusan, karena resikonya teramat berat yaitu berkaitan dengan hidup matinya orang tua. 

Sedangkan ketepatan dalam pengambilan keputusan, karena atas keputusan tersebut mas B.S tetap mengikuti ujian, hasilnya mas B.S lulus ujian Apoteker dan ibu sembuh dari sakit, tutur bu S.M.    

Dari cerita bu S.M ini, penulis baru mengetahui kalau kisah nyata penulis digunakan pak S.M sebagai pemicu dan pemacu semangat, serta untuk memberi motivasi teman -- teman dalam menggapai apa yang  dicita -- citakannya. Kecuali itu, dari cerita bu S.M juga menginspirasi penulis untuk memberi judul artikel ini, dengan "Tamparan Bangga". 

Karena penulis tahu persis bahwa pak S.M menampar pipi sebelah kiri bukan karena beliau marah kepada penulis, tetapi justru sebaliknya beliau bangga dengan keputusan penulis yang bertaruh nyawa, dan berhasil. 

Alhamdulillah, semoga kisah nyata penulis ini dapat bermanfaat dan menjadi penyemangat, serta dapat memotivasi anak -- cucu generasi penerus bangsa. 

Ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada para pembaca budiman, yang telah berkenan membaca tulisan ini dan semoga bermanfaat. Untuk selanjutnya, penulis mengharap kiranya para pembaca budiman dapat bersabar sejenak menanti artikel selanjutnya, dengan judul "Hidup Karena Kebiasaan".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun