Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghindari Berpikir Melampaui Kuasa Allah (2)

13 November 2018   06:33 Diperbarui: 13 November 2018   07:04 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi amatlah kurang bijak, bila seseorang lebih - lebih pemuka agama apapun predikatnya, apakah pemuka agama, ulama, kiai, ustad, penyampai risalah; Yang baru menemukan satu pernyataan dalam satu ayat, langsung dikemas menjadi topik bahasan dan disampaikan kepada masyarakat luas, tanpa melalui check and recheck terlebih dahulu dengan ayat lain yang ada dalam Al Qur'an.

Hendaklah beliau -- beliau tadi selalu ingat, jangan sampai risalah yang disampaikan kepada umat terkesan melampaui kuasa Allah. Karena hal ini akan dapat merugikan diri sendiri, dan umat yang telah mempercayai bahwa setiap apa yang disampaikan adalah benar adanya. Seperti halnya vaksinasi meningitis bagi calon jama'ah haji, dan vaksinasi Rubella sampai saat ini menimbulkan pro dan kontra dimasyarakat, hanya karena media pembuat vaksinnya mengandung unsur babi. Hendaklah selalu diingat ( Jawa = eling ) bahwa Allah yang menciptakan babi, mengapa manusia mengharamkannya? Mari diikuti uraian selanjutnya, dengan judul Menghindari Berpikir Melampaui Kuasa Allah (3). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun