Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tatkala Fokus Kajian Berubah

19 Juli 2018   22:45 Diperbarui: 19 Juli 2018   23:06 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hal yang perlu diingat ( Jawa = eling ) dan disadari, mendustakan ayat Allah itu sungguh sangat berat hukumannya. Surat Al Baqarah ayat 39. Adapun orang -- orang yang kafir dan mendustakan ayat -- ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal didalamnya.   

Mari dirasakan melalui roso pangroso. Termasuk mendustakan ayat Allah atau tidak, kalau kita diperintah untuk membaca ayat Allah ( Al Qur'an ), dengan harapan agar kita dapat memahami makna batiniyah yang terkandung didalamnya. 

Tetapi pelaksanaanya oleh sang guru atau ustadz atau atau ulama atau sang pemuka agama atau sang panutan atau apapun sebutannya, disampaikan hanya dengan mempelajari aksara, cara menulis dan membaca dalam bahasa Arab? Dan kita sebagai pengikut ceramah, jangan hanya berdasarkan atas siapa yang mengatakan, tetapi hendaklah memperhatikan apa yang dikatakan, siapapun orang yang mengatakannya.

Kecuali hal tersebut, mari dengan jujur kita koreksi mumpung masih punya waktu. Kita mempelajari bahasa Indonesia, yang menghasilkan kalimat "ini ibu budi". Lazim tidak dikatakan ngaji? 

Tidak bukan? Lalu bagaimana halnya, dengan mempelajari bahasa Arab. Yang sama - samamenghasilkan kalimat "ini ibu budi", kok dengan serta merta orang mengatakan ngaji? Sudah benar dan tepatkah, bila ngaji Al Qur'an hanya dimaknai dengan sekedar mempelajari cara membaca dan menulis Al Qur'an dalam bahasa Arab?

Hal yang perlu diingat. Seseorang yang pandai menulis dan membaca Al Qur'an dalam bahasa Arab, tidak berarti secara serta merta pula akan memahami makna yang terkandung dalam Al Qur'an. Benarkah? Benar! Begini cerita singkatnya. 

Pernah keluarga penulis, diikuti seorang pemuda keturunan Arab selama 3 bulan. Karena anak keturunan Arab, sudah jelas dan pasti pemuda tersebut sangat fasih membaca dan menulis dalam bahasa Arab.

Tetapi ketika penulis sodorkan sebuah ayat tertentu dalam Al Qur'an, diapun mengatakan kalau tidak memahami apa makna yang terkandung dalam ayat tersebut. Benar bukan, bahwa pandai menulis dan membaca dalam bahasa Arab, dan bahkan seorang anak keturunan Arab sekalipun, bukan merupakan suatu jaminan seseorang akan dapat memahami makna batiniyah perintah dan petunjuk Allah atau Al Qur'an, secara otomatis. 

Dan sebagai simpulan akhir, bahwa pandai menulis dan membaca dalam bahasa Arab, bukan merupakan suatu jaminan seseorang secara otomatis akan memiliki akhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. Kenyataan membuktikan di bulan November 2017 yang lalu, beberapa Pangeran Arab Saudi ditahan karena terduga korupsi.

Sekarang mari kita ujikan kepada diri kita sendiri. Kita sudah termasuk orang Indonesia kategori bebas 3 buta, kemudian kita membaca surat An Nuur ayat 35 dalam bahasa Indonesia. Allah (Pemberi) cahaya ( kepada ) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada pelita besar. 

Pelita itu didalam kaca ( dan ) kaca itu seakan - akan bintang ( yang bercahaya ) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, ( yaitu ) pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur ( sesuatu ) dan tidak pula disebelah barat ( nya ), yang minyaknya ( saja ) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya diatas cahaya ( berlapis - lapis ), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan - perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun