Saat pengembaraannya ke konya, ia bertemu dengan Jalaluddin Rumi. Ada banyak versi cerita terkait pertemuan Syamsuddin dengan Rumi. Namun yang pasti, sejak saat itu Rumi mulai dekat dengannya dan menjadikan Syamsuddin sebagai guru. Menurut Rumi, Syamsuddin adalah segala-galanya.
Gurunya itulah yang banyak menunjukkan berbagai kebenaran, dan lebih mirip seorang utusan Tuhan yang diutus untuk menyampaikan pengaruh spiritual untuk melahirkan kedalaman kontemplasi Rumi dalam bentuk syair. Dalam sajaknya Rumi menulis, "Sesungguhnya Syamsi Tabriz itulah yang menunjukiku jalan kebenaran. Dialah yang mempertebal keyakinan dan keimananku".
Selain ketiga guru yang mempengaruhinya tersebut, Rumi juga berguru ke berbagai guru lain. Salah satu guru Jalaluddin Rumi yang terkenal adalah Syaikh Qutb Al-Din Al-Razi. Selain itu ada Kamaluddin bin Al-Adim, Ibnu Arabi, Sa'aduddin Al-Hamawi, Ustman Ar-Rumi, Auhaduddin Al-Karmani, dan Shadruddin Al-Qounawi. Banyaknya intensitas pertemuan Rumi dengan para ulama, menjadikannya sebagai pemikir yang terbuka dan berpengetahuan yang luas.
Penulis: Muh. Ruslim Akbar (ig @muhruslimakbar)
Sumber pustaka:
1. Abdul Hasan An-Nadwi, Jalaluddin Rumi Sufi Penyair Terbesar.
2. Abdul Hay Al-Husni, Nazhah Al-Kawatir Wa Bahjah Al-Masami Wa Al-Nawazir, 1999
3. Chindi Andriyani, Jalaluddin Rumi Sebuah Biografi, 2019
4. Syamsuddin Ahmad Al-Aflaki, Hikayat-Hikayat di Seputar Jalaluddin Rumi, 1998
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H