Sejak lahir kita tidak pernah membawa apapun. Apa yang ada pada saat ini melekat dalam kehidupan kita adalah karunia dari sang pencipta. Segala sesuatu yang diberikan oleh-Nya, adalah miliknya. Kehilangan harta, jabatan, saudara, atau teman tidak boleh menjadikan kita frustasi atau bahkan bersedih hati. Sebab tuhan akan mengganti yang hilang dengan sesuatu dalam bentuk lain. Boleh jadi hari ini kita kehilangan jabatan, namun esok akan datang jabatan yang jauh lebih baik buat kita.
4. "Jangan melihat ke luar, lihatlah ke dalam diri sendiri. Dan carilah itu."
Di era digitalisasi dan menjamurnya berbagai platform media sosial, membuat orang berlomba-lomba untuk mencitrakan dirinya sebagai orang yang sukses dan paling bahagia di dunia. Dampaknya akan memunculkan perasaan cemas dan rendah diri bagi orang lain akibat membandingkan dirinya dengan pencapaian yang mereka lihat di media sosial, yang belum tentu sesuai dengan realita. Yang ada hanya akan menghabiskan energi yang tak berkesudahan. Sebab setiap orang dilahirkan dengan karakter, jalan hidup, dan keluarga yg berbeda-beda. Mengenali potensi yang kita punya dan meningkatkan kualitasnya merupakan jalan terbaik, ketimbang selalu membandingkan kehidupan kita dengan orang lain.
5. "Salah satu kekayaan kebajikan manusia adalah pintar menyembunyikan rahasia, penderitaan dan musibah."
Mungkin sebagian dari kita sering kali membaca postingan di berbagai media sosial yang isinya adalah keluh kesah ataupun mengumbar masalah yang sedang dihadapi. Bukankah setiap orang juga punya masalah yang mungkin jauh lebih berat dari masalah kita. Ada baiknya untuk menceritakan masalah hidup yang kita alami, hanya kepada sanak saudara atau teman terdekat yang kita anggap mampu memberikan solusi untuk masalah yang kita hadapi.
6. "Terdapat suara yang bukan kata, dengarkanlah."
Hampir sebagian besar manusia menghabiskan waktu mereka berada dalam dunia digital. Entah untuk urusan bisnis, komunikasi, atau sekedar mencari informasi dan hiburan. Perilaku dan kebiasaan seperti ini bukan tidak mungkin akan membentuk kepribadian anti-sosial dalam diri seseorang. Â Sementara, manusia diciptakan sebagai makhkuk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Penting sejenak untuk menaruh smartphone kita, dan keluarlah melihat dunia. Masih banyak kita temukan anak-anak yang berhenti sekolah karena kondisi ekonomi keluarganya yang tidak mampu. Tidak sedikit pula kita melihat orang tua yang seharusnya menikmati masa tuanya masih sering mengayuh becak di jalan. Sementara kita terkadang berfoya-foya untuk membeli barang yang sejatinya bisa kita gunakan untuk membantu mereka. Sekali lagi, terdapat suara yang bukan kata. Dengarkan.
Pada akhirnya, hidup di era modern yang serba digital saat sekarang ini seperti dua mata pisau. Dia akan baik jika kita lebih bijak lagi dalam menggunakannya. Jangan biarkan teknologi menjadikan anda kehilangan jati diri sebagai manusia. Jadilah bermanfaat untuk orang lain. Gunakan seluruh potensi yang terdapat dalam diri untuk berbuat baik. Dalam syairnya Jalaluddin Rumi berkata:
"Saudaraku, engkau adalah pikiranmu. Selebihnya hanya tulang dan daging."
Dan rumi terus menari..
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI