Kendati Kalah, Sikap Tenang dan Ksatria Tetap Terpancar dari Mawardi Yahya
CATATAN : Drs H Iklim Cahya, MM (Wartawan, Pemerhati Politik dan Sosial).
MENANG atau kalah, sukses atau gagal, merupakan sunatullah. Dalam konteks ketata-negaraan, menang dan kalah adalah bagian dari demokrasi. Orang yang beriman melihat hal tersebut, sebagai takdir yang terbaik yang diberikan Allah SWT.
Ada ungkapan yang super ; "Berbaik sangka kepada Allah SWT karena dibalik itu semua pasti tersimpan hikmah yang Allah rahasiakan. Namun seiring berjalannya waktu, baru kita akan mengerti hikmah hikmah dari semua yang terjadi. Bukankah telah tertulis dalam kitab suci Al-Qur'an ; "Bisa jadi sesuatu yang kau sukai membawa malapetaka bagimu. Sebaliknya, bisa jadi yang kau tidak sukai, malah menjadi kebaikan bagimu. Allah maha tahu sedangkan kamu tidak tahu."
Alhamdulillah sikap kona'ah ini terlihat dan terpancar dari diri H Mawardi Yahya dan Hj Anita Noeringhati, dalam memaknai hasil Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Sumsel tahun 2024. Dimana dari hasil Quick Count dan Real Count, pasangan yang dikenal dengan singkatan Matahati ini, dinyatakan kalah. Padahal kalau dilihat dari perjuangan pra kampanye dan pada masa kampanye, sungguh luar biasa. Hanya saja  kelemahannya saat "finishing  touch."
Tapi bagi Mawardi Yahya, menang dan kalah adalah sebuah konsekwensi yang harus dihadapi dalam sebuah kontestasi. Ia yang sudah "kenyang" dalam berkontestasi/berkompetisi, sudah sangat mahfum dengan hasil yang harus dihadapi, kalah ataupun menang.
Karena itu di tengah sebagian pendukung setianya, Rabu malam 27 November 2024, usai menyaksikan dan mengikuti perhitungan cepat Pilkada Sumsel, Mawardi menyampaikan bahwa hasil inilah yang kemungkinan besar nantinya menjadi keputusan saat perhitungan di KPU.
Karena itu Mawardi Yahya minta kepada pendukungnya untuk tetap tenang, sabar, dan legowo dalam menerima keputusan sekalipun dirasakan pahit.
Hebatnya atas hasil yang tidak sesuai dengan harapan dan ekspektasi ini, Mawardi Yahya tidak berdalih dan menyalahkan orang lain. Tentu hal ini cerminan kematangan dan kedewasaan dari seorang pemimpin.
Mawardi yang didampingi sang istri, Hj Fauziah Mawardi, Â mengulangi kembali ucapannya pada saat kampanye. Â
Esensi ucapan tersebut adalah; Ya Allah bila perjuangan untuk menjadi Gubernur Sumsel ini akan membawa manfaat bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat maka mudahkanlah untuk meraihnya. Namun sebaliknya, bila jabatan yang diperjuangkan ini bakal menjadi mudharat, maka jauhkanlah."
Begitu diantara untaian kata yang selalu diucapkan H Mawardi Yahya, saat berkampanye di berbagai penjuru Bumi Sriwijaya ini.