Tadi sore ada persiapan tempat untuk kegiatan bakti sosial yang akan diselenggarakan oleh Relawan Korps Suka Rela  Markas Cabang PMI Banda Aceh, besok di Kampung Pande, Banda Aceh. Sedikit gotong royong penyiapan meja untuk dokter, perawat, dan petugas serta pendirian teratak (tenda besi yang atapnya ditutupi terpal).
Persiapan seperti ini hal yang biasa saya rasa, karena di daerah mana pun hal seperti ini seringkali dilakukan. Tapi ketika hantu-hantu markas Korps Suka Rela (KSR) yang melakukannya, dipastikan selalu akan ada kehebohan yang timbul. Rasa kekeluargaan yang terikat erat tampak dari sikap yang ditunjukkan terhadap sesama anggota KSR. Tidak ada batasan senior atau junior, semuanya melebur bagai satu keluarga yang utuh. Canda dan tawa kerap membahana bila hantu-hantu ini berkumpul.
Namun di balik canda tawa yang tergambar dari kejadian tadi sore, ada satu peristiwa unik penuh makna yang saya tangkap dari kegiatan gotong royong pendirian teratak tadi. Terpal yang sedianya harus menutupi semua bagian atap dari teratak besi yang menyangganya di bawah, terasa sulit sekali diposisikan tepat menutup semua bagian teratak. Saat ditarik ke kiri, bagian kanannya jadi terbuka dan tampak besi penyangga menyembul. Saat ditarik ke kanan, bagian kirinya jadi terbuka dan tampak besi penyangga begian kiri menyembul ke atas. Demikian terus terjadi hingga hampir selama satu jam.
Terpal itu dibuat memang khusus untuk teratak yang itu. Besi penyangganya tidak ada yang bengkok sehingga tidak ada alasan untuk menyalahkan si besi. Tapi kejadian tadi di Kampung Pande benar-benar menjadi tantangan sendiri untuk teman-teman KSR yang sedang memasang teratak. Ini ujian kekompakan saya rasa.
Saat terjadi kegaduhan soal solusi yang tepat atas permasalahan tarik ulur terpal di atas sana, di bagian bawah muncul komando-komando dari beberapa anggota yang lain (yang tidak ikut naik ke atas teratak). Yang satu mengatakan harus ditarik ke kiri, yang satu harus ditarik ke kanan, ke tengah dan entah kemana lagi. Banyak komando dari orang-orang di bawah yang pada akhirnya justru membuat orang di atas jadi bingung harus melakukan apa.
Setelah hampir satu jam terus menerus dalam kondisi yang tidak jelas, beberapa teman terlihat menyerah dan memilih duduk-duduk daripada dipusingkan dengan kegiatan yang tidak jelas itu. Pada saat komando hanya berasal dari satu orang, terpal akhirnya bisa diarahkan untuk menutup hampir semua bagian besi atas teratak. Sebagian lain dibiarkan terbuka namun diikat kuat sehingga diperkirakan tidak akan mengganggu kekokohan terataknya. Persiapan pada sore tadi selesai sudah.
Kesimpulannya, bila semua bertindak untuk menjadi pemimpin, akan sangat sulit untuk mencapai titik temu. Meski pun banyak usulan yang muncul, harus ada satu pemimpin yang mengambil keputusan. Bila semuanya memaksakan kehendaknya, mungkin pemasangan teratak dengan terpal pas-pasan tadi bisa-bisa belum selesai hingga malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H