Mohon tunggu...
gus fik
gus fik Mohon Tunggu... Administrasi - Mastering patience will mastering everything else.

Kursustrading.my.id Belajarfx.my.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagaimana Pandemi Berakhir

10 Juli 2021   02:11 Diperbarui: 10 Juli 2021   02:30 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagaimana Pandemi Akan Berakhir.

Flu Spanyol yang memulai debutnya pada 1918 pada akhirnya selesai dengan sendirinya pada 1920, meski vaksin belum ditemukan. Meski flu tersebut masih berkeliaran dan tidak hilang sepenuhnya dari muka bumi, namun manusia sudah bisa beradaptasi dengan penyakit itu.
Pandemi dan apapun bencana yang menimpa manusia pada intinya mirip dengan semacam proses SELEKSI ALAM. Yang terkuat yang akan bisa bertahan.
Tiga tahun flu spanyol menelan korban 50 juta orang. Covid19 sampai dengan artikel ini ditulis sudah pada angka kematian 3,97 juta jiwa (05/07/2021).
Vaksin yang beredar bukanlah obat untuk covid19, dan obat dari flu yang 10x lipat dari flu biasa ini juga belum ditemukan, di tengah mutasi terus menerus virus. Sikon saat ini mungkin tidak separah pada saat flu Spanyol dimana angka kematian yang begitu besar dan kebingungan akan solusi yang belum ada dan belum tersedia di zamannya.
Saat ini meskipun ada sekian banyak kasus kematian yang menimpa warga dunia, namun ada secercah harapan yakni adanya mereka yang berhasil sembuh dari penyakit yang diderita berdasarkan data yang dilansir di media.
Ketakutan dan kepanikan hanya akan menurunkan imunitas tubuh. Sebaliknya ketenangan dan rasa kesabaran akan menghasilkan enzim kekebalan tubuh secara alami yang bisa membantu menangani serangan fisik dan psikis pandemi. Manusia diciptakan memiliki kekuatan dan potensi self-healing. Ini yang kadang kita lupa, manusia memiliki kekuatan survival yang luar biasa jika mereka tetap percaya dan tidak frustasi serta panik dengan kondisi di sekitarnya.
"Ojo wani-wani, ojo wedi-wedi, tenangno ati" Jangan terlalu berani, jangan terlalu panik, tetap fokus pada ketenangan hati.
Self-healing ini bisa dioptimalkan jika dan hanya jika perasaan dan psikologis manusia tersebut tetap terkendali dalam zona ketenangan bukan hanya berkutat dalam zona kepanikan dan ketakutan.
Rasa percaya pada kekuatan dan potensi diri, self-esteem inilah yang perlu dipupuk dan terus ditumbuhkan disamping upaya-upaya medis dan prokes yang sudah dan tengah dilakukan.
"Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh dari pengobatan, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan" demikian Ibnu Sina mengatakan.
Pandemi ini hanya akan berakhir jika kita semua siap mengakhirinya, atau berakhir dengan sendirinya dengan 'kecuekan' kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun