Taman Nasional (TN) Tanjung Puting mungkin tidak cukup familiar bagi kita orang indonesia. Namun, melihat jumlah orang bule yang berkunjung sepanjang tahun melalui kota pangkalanbun, saya menyimpulkan secara pribadi bahwa taman nasional ini sangat populer di level internasional.
(sekali lagi) Atas “desakan” isteri, saya ikut saja ketika ada ide berkunjung kesana. Ingin tahu saja, seperti apa suasananya berada dekat dengan orang utan di alam liar.
Menuju ke Taman Nasional (TN) Tanjung Puting dari pelabuhan Kumai – Pangkalanbun, bisa menggunakan transportasi cepat (speed boat) dan transportasi lambat (kapal kayu). Karena waktu yang terbatas, kami menggunakan speed boat. Waktu tempuh ± 1,5 jam. Kami didampingi oleh mas Yusuf Hadi, Ketua DPC HPI Kotawaringin Barat. Karena sesuai aturan mainnya, semua wisatawan yang masuk ke TN harus didampingi oleh guide.
![menggunakan speed boat](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/31/menggunakan-speed-boat-574d8e4cd59273ba0913fee2.jpg?t=o&v=770)
![numpang foto di kapal kayu](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/31/img20160103114029-574d8a2cd47e616f07edcea6.jpg?t=o&v=770)
![guide kami di TN Tanjung Puting](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/31/guide-kami-di-tn-tanjung-puting-574d8e776f7e61110741321a.jpg?t=o&v=770)
Menurut informasi yang diberikan, ada 3 tempat (camp) untuk dapat melihat orang utan. Namun yang terkenal, sekaligus terjauh adalah Camp Leakey. Kita dapat melihat orang hutan berkumpul ketika jam makan mereka. Di tengah hutan, dibuatkan semacam panggung dan pada jam yang telah ditentukan, petugas TN (sebutannya : ranger) akan mengantar makanan dan minuman (pisang, susu, singkong, buah-buahan) ke tempat tersebut. Disitulah hampir semua orang utan berkumpul.
Informasinya, momen ini juga digunakan oleh para ranger untuk mengecek kondisi orang utan yang ada di lokasi tersebut. Apakah ada yang sakit, hamil, dsb.
![lokasi feeding](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/31/img20160103104336-574d8a86597b61670ab186f6.jpg?t=o&v=770)
Sayangnya, tempat ini seakan minim promosi. Fasilitas pendukung yang ada juga masih banyak yang kurang memadai. Padahal melihat potensi yang ada, dengan promosi yang sedikit lebih gencar dan “agak mahal” Tanjung Puting sangat berpotensi menjadi obyek wisata yang benar-benar berkelas internasional.