Mohon tunggu...
Bang Pilot
Bang Pilot Mohon Tunggu... Konsultan - Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Nama asli : Muhammad Isnaini. Tinggal di Batu Bara, Sumut. Hp/wa.0813 7000 8997. Petani dan penangkar bibit tanaman. Juga menjadi konsultan pertanian lahan gambut. Pemilik blog : http://bibitsawitkaret.blogspot.com/ . Menulis apa saja yang bisa bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Money

Menguak Misteri Tersembunyi Dibalik Beberapa Jenis Tanaman Baru

8 Oktober 2016   19:32 Diperbarui: 8 Oktober 2016   19:45 2646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebun Lada di Desa Petatal - (foto dokpri)

Bagian 1 : Lada Perdu, Sebuah Kreatifitas Yang Menyimpan Resiko.

Berkecimpung di grup Facebook Ladaku Harapanku, banyak sekali ilmu yang bisa didapat. Karena di grup khusus tempat berkumpulnya para peminat budidaya lada itu, banyak dibagikan pengalaman petani-petani lada dari seantero Nusantara.  Pengalaman yang bukan hanya sekedar teori di atas kertas. Pengalaman yang nilainya jauh melebihi apa yang bisa didapat di bangku kuliah ilmu pertanian. Pengalaman yang bisa dipetik hikmahnya untuk menghindarkan kerugian dan dapat pula diterapkan untuk mendapatkan keuntungan dalam bertanam lada.

Saat ini budidaya lada memang sedang booming. Hal itu disebabkan oleh naiknya harga lada putih kering secara sangat signifikan. Dari hanya Rp.25.000/kg pada 2010, merayap menjdai Rp.45.000/kg di tahun 2012, kemudian menjadi Rp.90.000/kg pada 2013. Harga bumbu masak berasa pedas itu  lalu bertengger pada angka Rp.190.000/kg pada  Juni 2016. Adapun harga lada hitam pada Juni 2016 berada di kisaran Rp.145.000/kg. Harga-harga lada itu sedikit terkoreksi setelah lebaran, karena memang trend harga lada selalu memuncak pada bulan puasa hingga Idul Fitri.

Alkisah, pada tahun-tahun sebelumnya, lada belumlah menjadi sebuah komoditi fenomenal seperti sekarang. Nilai ekonomi budidayanya masih setara dengan pertanaman singkong, kelapa sawit atau pun karet. Sedangkan tingkat kesulitan perawatan lada dikenal sedikit lebih rumit dibanding ketiga jenis tanaman lain di atas. Hal ini membuat ekspansi penanaman lada menjadi relatif stagnan. Hal ini memicu para pengembang bibit lada membuat sebuah inovasi baru, memperkenalkan lada varian anyar yang kemudian populer dengan nama lada perdu.

Lada perdu adalah lada yang bibitnya berasal dari stek cabang produksi. Artinya, ranting (sulur)  tanaman lada yang biasa menjadi tempat menempelnya buah lada diambil sebagai bahan tanam pada perbanyakan bibit. Hal ini dapat dikatakan meninggalkan kebiasaan lama, yakni menggunakan stek yang berasal dari  sulur panjat. Penanaman sulur panjat akan menghasilkan tanaman lada panjat, yakni jenis lada umum yang membutuhkan tiang panjat dalam usaha penegakan tajuknya.

Tanaman lada perdu tidak membutuhkan tiang panjat karena ia tidak memiliki sulur panjat yang biasanya memiliki akar lekat di setiap buku ruasnya. Akat lekat inilah yang kemudian menjadi alat bagi tanaman lada untuk melekatkan diri pada tiang tegakannya, baik berupa tiang kayu mati, tiang kayu hidup atau pun tiang buatan dari cor beton. Karena lada perdu tidak memiliki sulur panjat, maka tajuknya hanya akan berupa kumpulan ranting-ranting yang teronggok di tanah, mirip seperti pada tanaman ubi jalar.

Para penangkar bibit tanaman lalu memperkenalkan lada perdu ini sebagai tanaman lada unggulan, karena memang memiliki tiga kelebihan utama. Mulai dari ia tidak membutuhkan tiang panjat yang pengadaannya butuh biaya, lebih cepat berbuah sampai kemudahan memanen buahnya karena tidak membutuhkan tangga panjat seperti ketika memanen buah lada panjat.

Namun sayangnya kebanyakan para penangkar bibit itu tidak menerangkan bahwa varian lada perdu memiliki dua kelemahan utama pula. Tanaman lada perdu jauh lebih rentan terhadap serangan penyakit akibat jamur. Baik penyakit busuk pangkal batang mau pun penyakit kuning, yang merupakan dua jenis penyakit utama yang sering menjadi penyebab gagalnya pertanaman lada.

Hal ini dapat dipahami, karena bentuk perdunya itu menyebabkan tanah bagian bawah tanaman lada akan menjadi selalu lembab basah di musim hujan. Dan bagian tubuhnya yang bersinggungan dengan tanah akan menjadi lebih banyak, karena tanaman lada perdu ini memang rebahan di tanah. Semakin lembab tanah dan semakin banyak bagian tanaman yang bersingungan dengan tanah juga berarti semakin besar kemungkinan terserang penyakit.

Kelemahan utama tanaman lada perdu yang kedua adalah rendahnya produksi. Setiap pohon lada perdu hanya akan menghasilkan lada putih seberat 200 gram sampai dengan 300 gram pertahun. Bandingkan dengan produksi lada panjat yang ada di kisaran 1 kg sampai dengan 3 kg perpohon pertahun.  Bahkan beberapa teman di grup Ladaku Harapanku ada yang sudah menikmati hasil sampai dengan 5 kg perpohon pertahun, yakni pada tanaman lada yang sudah berumur di atas delapan tahun dan dirawat dengan baik.

Lada perdu memang cepat mulai berbuah, umumnya pada umur setahun setelah tanam. Lada panjat memang lebih lambat mulai berbuah, umumnya tiga tahun setelah tanam. Namun untuk dikebunkan, sangat disarankan untuk menanam lada panjat, kerena lebih tahan penyakit dan produksinya jauh lebih banyak. Lada perdu hanya disarankan sebagai tanaman sela sebagai tumpang sari, misalnya pada kebun kelapa sawit baru, kebun aren baru atau pada kebun karet baru. Selain itu lada perdu juga baik ditanam di dalam pot sebagai penghias halaman rumah yang buahnya dapat pula dimanfaatkan untuk kebutuhan dapur sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun