Mohon tunggu...
Bang Pilot
Bang Pilot Mohon Tunggu... Konsultan - Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Nama asli : Muhammad Isnaini. Tinggal di Batu Bara, Sumut. Hp/wa.0813 7000 8997. Petani dan penangkar bibit tanaman. Juga menjadi konsultan pertanian lahan gambut. Pemilik blog : http://bibitsawitkaret.blogspot.com/ . Menulis apa saja yang bisa bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Money

Menguak Misteri Pakde Kartono, Gayus Tambunan, Ifani dan Vita Herdawaty Sinaga

22 September 2015   00:14 Diperbarui: 22 September 2015   00:14 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kompasiana goro-goro. Gegara tersebarnya gambar mister Gayus lagi kopdaran sama dua cewek (baca : omak-omak) yang kebetulan adalah kompasianer seleb. Beritanya lalu sampai ke kuping Menkumham. Yasonna pun meradang. Ia akan menyelidiki kasus ini dan menindak pihak-pihak yang bersalah.

Memanglah, ibarat pepatah, buah tidak akan jatuh jauh dari induknya.

Nah, ini yang menarik. Sebagai seorang petani penangkar benih, pepatah ini juga memberikan semacam jalan untuk memecahkan sebuah pertanda yang diberikan alam.

Maksudnya begini, ada pohon yang berusaha agar buahnya jatuh tidak jauh dari kerindangannya. Namun ada pula pohon yang seakan mengusir buahnya jauh-jauh. Contoh jenis pohon yang tak ingin jatuhan buahnya tidak menjauh, yang kemudian akan tak jauh pula dari anak-anaknya, adalah asam gelugur dan aren. Buah kedua pohon ini bobotnya lebih berat daripada air, hingga sederas apapun hujan, biasanya buahnya yang sudah jatuh tak akan hanyut. Berbeda halnya dengan pinang, kelapa, karet (rambung) dan kelapa sawit. Buah keempat jenis pepohonan yang disebut terakhir, massa jenisnya adalah lebih ringan daripada air, sehingga sangat mudah hanyut dan terbawa air hingga jauh.

Menurut penelitian penulis, selain ‘mengusir’ buahnya, keempat pohon tadi juga sudah mewariskan sifat tahan panas kepada calon anaknya. Itulah sebabnya menangkar bibit pinang, kelapa, kelapa sawit dan karet, kita tidak terlalu perlu memasang peneduh diatasnya. Berbeda sekali dengan aren dan asam gelugur. Jika bibitnya ditangkar tanpa peneduh (biasa disebut paranet), maka akan banyak bibit yang mati karena daunnya layu lalu gosong karena terbakar terik matahari. Begitu juga ketika pertama kali ditanam ke lahan, kedua jenis bibit tanaman ini perlu dilindungi dengan pohon peneduh, atau dibuatkan teduhan satu persatu. Dan, menanamnya haruslah di musim penghujan.

Lalu, apa hubungannya dengan Pakde Kartono dan Gayus?

Tentu saja tidak ada dan tidak perlu ada. Masalah PK dan GT kan sudah banyak yang menulis dan mengurusnya. Maka biar sajalah itu terjadi. Berjalan bagai air di musim penghujan. Mengalir. Nanti pada akhirnya akan terungkap juga kebenaran yang sejati.

Membuat bibit tanaman juga butuh kebenaran dan kejujuran. Benar dalam proses penangkaran dan jujur dalam mengiklankan penjualannya. Jangan menutup-nutupi kekurangan atau membesar-besarkan kelebihan. Alami saja. Apa adanya. Janganlah bibit tangkaran sendiri dibilang bibit dari Socfin, atau dari Lonsum, atau dari perusahaan ternama lainnya. Jangan pula tutup-tutupi kenyataan bahwa pohon aren yang pendek dan cepat berproduksi itu akan singkat masa produksinya. Jujur-jujur sajalah, polos-polos saja, agar klien kita tidak kecewa di belakangan hari.

Ya sudah, sekian dulu.

Salam tani sejahtera!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun