Mohon tunggu...
Bang Pilot
Bang Pilot Mohon Tunggu... Konsultan - Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Nama asli : Muhammad Isnaini. Tinggal di Batu Bara, Sumut. Hp/wa.0813 7000 8997. Petani dan penangkar bibit tanaman. Juga menjadi konsultan pertanian lahan gambut. Pemilik blog : http://bibitsawitkaret.blogspot.com/ . Menulis apa saja yang bisa bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Salah Paham tentang Tanaman Aren

7 Mei 2014   05:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:46 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1399391828216923946

Aren genjah. Foto milik Ir.H.Dian Kusumanto

Ada banyak orang yang jadi berminat membudidayakan tanaman aren (arenga pinnata merr) alias enau, setelah menelaah artikel yang membahasnya. Orang tertarik karena membaca tentang hasil besar yang akan didapat bila aren diusahakan secara intensif.

Sebenarnya, bukanlah bualan jika ada yang mengatakan bahwa tanaman aren akan menghasilkan uang empat sampai lima kali lebih banyak ketimbang tanaman kelapa sawit. Tetapi hendaklah disadari, bahwa akumulasi angka itu adalah untuk masa budidaya selama dua belas tahun.Jika untuk masa tujuh delapan tahun, maka kelapa sawitlah yang berjaya, karena pada saat itu masa produksi aren baru saja berawal.

Ada satu hal yang para peminat budidaya aren sering salah mengerti. Yakni tentang rentang masa produksi aren. Banyak orang yang tidak tahu, bahwa aren punya kelainan dalam siklus hidupnya.

Tanaman aren, varietas apa pun, mula-mula tumbuh vegetatif. Untuk varietas genjah, tinggi batangnya akan mencapai tinggi 7-12 meter dalam masa 6-7 tahun. Sedangkan aren varietas dalam akan mencapai tinggi 12-20 meter dalam waktu 8-9 tahun. Ada pun yang varietas tinggi bisa sampai setinggi 26 meter setelah berumur paling tidak 12 tahun.

Setelah tumbuh vegetatif atau tumbuh pohoh, maka aren memasuki fase tumbuh generatif. Tandan betina yang menjadi mayang pergantungan buah akan keluar dari celah pelepah daun. Tandan kedua keluar di bawah tandan pertama, begitu seterusnya. Jumlah tandan betina ini sekitar 4-6 tandan. Jumlah buahnya bisa ratusan ribu butir. Rata-rata satu butir berisi tiga biji. Biji yang masih muda bisa diolah menjadi kolang-kaling atau bargat. Satu pohon aren bisa menghasilkan kolang-kaling sebanyak 250 kg.

Beberapa orang penyadap aren di Bogor menyadap tandan betina ini untuk mendapatkan air niranya. Mereka mengatakan air niranya banyak dan rendemen gulanya baik. Tapi, umumnya penyadap di Sumatera tidak menyadap tandan betina ini. Alasan mereka beragam, mulai yang berbau mistis sampai yang bernada ‘green’. Tapi umumnya alasan mereka tak mau menyadap mayang aren yang keluar mula-mula adalah karena tandannya bertekstur pejal dan keras, sehingga sulit memukul dan menyadapnya.

Sebagai catatan, bila tandan betina disadap, maka kolang-kaling tak akan didapat, karena mayang buah dipotong saat buah masih sangat muda dan kecil.

Setelah habis keluar tandan betina, maka selanjutnya akan keluar tandan jantan. Mayangnya hanya berisi bunga, tidak menjadi buah lagi. Tekstur lengan tandan jantan ini memang lebih halus dan lunak dibanding mayang betina.

Begitu memasuki fase tumbuh generatif ini, tanaman aren tidak akan bertambah tinggi lagi. Daunnya pun tak akan bertambah meski sehelai saja. Pertumbuhan pohon berhenti total. Karena itu, jangan sembarangan memotong pelepah daun pohon aren. Daun yang sedikit akan menyebabkan nira yang diperoleh juga sedikit.

Nah, dari uraian di atas, diketahui bahwa tandan atau mayang aren keluarnya makin lama makin ke bawah, bukan ke atas. Setelah keluar tandan yang mendekati tanah, maka pohon aren akan otomatis mati.

Ini yang sering belum diketahui peminat aren. Hingga sering mereka meminta benih aren ateng, yakni aren yang tingginya hanya 4-6 meter. Nah, jika tinggi pohon hanya 6 meter, maka tandannya juga hanya sekitar 6-7 tandan. Niranya juga sedikit, karena batangnya yang berfungsi sebagai ‘tabung air’ juga kecil. Artinya, si aren ateng ini seumur hidupnya hanya akan menghasilkan sedikit uang.

Adapun aren genjah , termasuk jenis aren yang berpostur pendek, hanya sedikit lebih tinggi dari pada aren ateng. Karena itulah penulis sendiri memilih untuk menanam aren varietas dalam. Meski pun produksinya bermula setelah umur 8-9 tahun, tapi lamanya masa ia berproduksi cukup panjang, karena tandannya cukup banyak. Selain itu, niranya juga lebih banyak karena batangnya tinggi besar dan daunnya lebih banyak, sebab pelepah daunnya lebih panjang.

Menanam aren sebaiknya ditumpangsarikan dengan tanaman lain, semisal sengon. Karakter pohon sengon yang berdaun kecil dan jarang, akan memberi kesempatan pohon aren untuk juga menikmati sinar matahari. Jarak tanam yang bisa diterapkan untuk aren adalah 5x8 meter. Otomatis jarak tanam sengon juga demikian. Sengon sudah bisa dipanen tebang pada umur 8 tahun, saat aren akan mulai berproduksi.

Selain sengon, aren tentu saja bisa ditumpangsarikan dengan palawija, kopi, cengkeh, nilam, kakao dan lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun