Mohon tunggu...
Bang Pilot
Bang Pilot Mohon Tunggu... Konsultan - Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Nama asli : Muhammad Isnaini. Tinggal di Batu Bara, Sumut. Hp/wa.0813 7000 8997. Petani dan penangkar bibit tanaman. Juga menjadi konsultan pertanian lahan gambut. Pemilik blog : http://bibitsawitkaret.blogspot.com/ . Menulis apa saja yang bisa bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kisah Keramat Tuan Khalifah Ramadhon

5 Oktober 2014   16:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:18 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuan Khalifah Ramadhon adalah murid utama Tuan Khalifah Shalih, pemimpin suluk tharikat Naqsabandiyah Pulau Besar, Batu Bara, Sumut, sekitar 40-50 tahun yang lalu

Keduanya bersahabat baik dengan Khalifah H.Muhammad Zain, kakek penulis.

Suatu hari, sekitar tahun 70-an, kakek memerintahkan anaknya, Kamaluddin Zain untuk menjemput Khalifah Ramadhon dari kediamannya di desa Dolok Sinumbah, Kabupaten Simalungun. Kakek bermaksud melaksanakan ritual ibadah suluk, yang rutin dilakukan di rumah beliau, sejak Tuan Khalifah Shalih wafat dan tak ada penggantinya yang mumpuni.

Berangkatlah paman penulis itu ditemani seorang kawannya dengan mengendarai sepeda motor Benly. Jarak tempuh sekira 30 kilometer, melalui jalan raya sempit, jalan berbatu dan jalan tikus. Rumah Khalifah Ramadhon memang terpencil menyendiri, di tepian sungai Perdagangan.

Sesampai di tujuan, paman mengutarakan maksud tujuannya. Namun Tuan Khalifah menolak ikut. Ia tak terbiasa naik sepeda motor.

Paman memohon dengan sangat, karena tugas yang dipikulnya ini adalah amanah orangtuanya. Paman juga takut dimarahi ayahnya, jika tak berhasil menjalankan misi penting ini. Apalagi sudah banyak murid-murid (santri suluk) yang berkumpul menanti mursyid mereka datang ke Pulau Besar.

Akhirnya Tuan Khalifah Ramadhon berkata “Sudah, pulanglah kalian, nanti saya akan menyusul dengan naik sepeda”. Khalifah Ramadhon memang diketahui memiliki sebuah sepeda onthel tua, yang menjadi andalannya ketika wira-wiri menyebarkan tharikat Naqsabandiyah.

Dengan hati kebat-kebit, paman pun pulang. Ia khawatir jika Khalifah tak jadi datang, maka ia bisa dianggap menjadi penyebab gagalnya acara suluk.

Sepeda motor gede antik itu pun dipacu. Paman dan temannya berdiam diri saja sepanjang jalan, memikirkan bagaimana menjelaskan kepada orang tuanya tentang ‘kegagalan’ mereka.

Sesampai di rumah, paman sempat berfikir dua tiga kali untuk masuk. Akhirnya ia kuatkan hati menghadap ayahnya yang dikenal perfeksionis.

Paman mengucapkan salam, lalu dijawab oleh dua suara orang sepuh.

Subhanallah…, di dalam terlihat Khalifah H. Muhammad Zain sedang bercengkerama dengan sohib karibnya Khalifah Ramadhon yang tadi mereka jemput!

Paman ternganga! Lalu keluar tak berani bersuara.

***

Iman itu sempurna ialah saat engkau percaya kepada Allah dan Allah telah percaya kepadamu.

(Thariqat Naqsabandiyah).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun