Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tripolitania: Leptis Magna...!!!

31 Maret 2010   20:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:04 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_107622" align="alignleft" width="150" caption="Arch of Septimus Severus (www.h4ppy.com)"][/caption] Secara historis, kawasan Pantura Libya, nama lengkapnya adalah Great Socialist People's Libya Arab Jamahiriya, terbagi menjadi dua bagian. Sebelah Barat dikenal dengan Tripolitania dan sebelah Timur dikenal dengan Cyrenica. Ibu kota Tripoli, terambil dari suku kata Tripolos yaitu 3 kota. Tiga kota kuna tersebut adalah Sabrata di sebelah Barat, Tripoli, nama kunonya Oia, ibu kota di tengah, dan Leptis Magna di sebelah Timur. Saya ajak sejenak menengok ke situs Leptis Magna yang terletak di kawasan Al-Homs, kl 200 km ke arah Timur berbatasan dengan kota Zletin, tempat dimakamkannya seorang Waliyullah keturunan Nabi yang menjadi pendakwah utama di benua Afrika, khususnya Afrika Utara dan sub-Sahara, yaitu Sidi Abd. Salam Al-Asmari, yang makamnya hingga saat ini masih dikunjungi oleh para pengikut tarekatnya, dan disitu juga terdapat pesantren tertua di Libya dan kampus Universitas Islam Al-Asmariyah. Leptis Magna (Great Leptis), disebut magna untuk membedakan dengan nama peninggalan kota yang sama di Tunisia, yaitu Leptis Minor, di Carthage. Leptis Magna merupakan situs peninggalan Romawi - Libya ternyata sejak zaman klasik sudah menjadi target penjajahan Eropa karena lokasinya yang sangat strategis sebagai pintu masuk ke benua Afrika hitam- yang masih ada sisanya, walau sudah banyak yang hancur. Sangat disayangkan memang. Kawasan situs tersebut, asalnya merupakan kota tersendiri dan terletak di tepi pantai Laut Mediteranean yang eksotik dan cantik. Kota tersebut merupakan kota tua yang dibangun oleh bangsa Poenik (Phoenician) sekitar tahun 1100 SM, hingga akhirnya dikuasai oleh bangsa Carthage (peninggalannya ada di Tunisia yaitu kota Carthage) pada abad ke-4 SM. Hingga akhirnya jatuh ke tangan Romawi pada tahun 146 SM hingga 200 tahun kemudian. Sebagai sebuah kota dari kekaisaran Romawi, Leptis Magna mencapai kejayaannya dimasa kekuasaan Kaisar Septimus Severus, kaisar kelahiran Leptis yang mulai memerintah pada tahun 193 M. Pada masa Kaisar Severus, Leptis berkembang menjadi kota penting di kawasan pantai Utara Laut Tengah tersebut sebagai saingan Carthage di tunisia dan Alexandria di Mesir. Tapi mulai tahun 439 M Leptis Magna dan Tripolitania jatuh ke tangan kaum Vandals yang meyerang kawasan tersebut, terutama Raja Vandal, Gaiseric yang menguasai Carthage. Raja yang 'tidak sekolah' tersebut memerintahkan pasukannya untuk menghancurkan kota Leptis Magna sebagai hukuman karena penduduknya melawan kepada mereka. Akhirnya pada tahun 523 kota tersebut jatuh ke tangan kaum Barber, penduduk Afrika Utara. 10 tahun kemudian, komandan Belisarius berhasil merebut kembali Leptis Magna. Hingga akhirnya umat Islam mengusai kawasan afrika Utara pada tahun 650 M. [caption id="attachment_107628" align="alignright" width="300" caption="Gambar Utuh Leptis. Saat ini Sudah Tidak Ada Lagi. (www.bized.co.uk)"][/caption] Saat ini Leptis Magna dan juga Sabrata dibawah pengawasan UNESCO sebagai peninggalan bersejarah. Mengelilingi kota tersebut cukup melelahkan, dan haus juga, karena tidak ada pedagang asongan (hahahaaaaa) walau banyak peninggalannya yang sudah tidak utuh, termasuk teaternya. Yang masih tegak berdiri di pintu masuk adalah gerbang Septimus Severus. Capek mengeleilingi kota tersebut, lumayan bisa ngopi di tempat istirahat gerbang masuk, cuma sayang lagi, tidak banyak makanan pilihan. Kalau di Indonesia, wah....pasti aneka macam makanan sudah menggiurkan lidah dan perut yang mulai kosong....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun