[caption id="attachment_103024" align="alignleft" width="141" caption="Jazirah Arabia Dulunya Hijau dan Subur"][/caption] Postingan saya yang berjudul 'Kenapa Air Zamzam Tidak Pernah Habis...???' menimbukan diskusi menarik, terutama dengan Kompasianer Ray C, yang keberatan dengan apa yang saya tulis tersebut. Dari diskusi tersebut, akhirnya mengingatkan saya sesuatu yang saya tulis dalam postingan ini. Jazirah Arabia hijau, subur dan indah???? Bisa-bisa saya ditertawakan dan bahkan dibilang mimpi di siang bolong. Tapi tunggu dulu. Saya ingin kisahkan berdasarkan sumber referensi yang akurat. Al-Qur'an dalam berbagai ayat mengisahkan tentang kehidupan Adam dan Hawa di taman surga. Dan taman surga tersebut bukanlah taman surga yang dimaksud sebagai ganjaran bagi orang-orang beriman nanti setelah kehidupan dunia hancur kelak atau ganjaran kehidupan akherat. Dalam berbagai makna, bahwa akar kata 'jannah' dalam bahasa Arab juga berarti taman atau kebun yang indah, rindang, subur, hijau sehingga menimbulkan keindahan dan kenikmatan tersendiri bagi penghuninya karena memandang kehijauan dan menikmati buah dan bunga-bungan yang semerbak. Kedua, dalam Al-Qur'an, kata yang dipakai untuk menurunkan Nabi Adam dan Hawa dari taman surga tersebut dengan menggunakan kata 'Ihbithuu', yang artinya turun landing (karena landai). Bukan menggunakan kata 'Nazala' yang artinya juga 'turun', dan akar 'na-za-la' ini ada dua variasi arti turunnya. Kalau 'nazzala' maka turunnya secara langsung (nibla atau merosod, kata orang Betawi), sedangkan  'anzala' maknanya turunnya pelan-pelan, hingga sampai dibawah (tanah). Bahasa Indonesia menggunakan kata 'nuzul' untuk memperingati malam nuzulul Qur'an. Nah, apa hubungannya denga tulisan sebelumnya tentang air zamzam itu, yang konon berasal dari air hujan, bisa jadi. Tapi hujan itu terjadi jutaan tahun lampau, yang mengakibatkan kawasan Jazirah Arabia hijau subur sehingga Adam dan Hawa pun tinggal di taman surga dunia tersebut sebagaimana diinformasikan oleh Al-Qur'an. Sedangkan ribuan tahun kemudian, bisa jadi, akibat pergeseran climat kawasan tersebut menjadi tandus dan gersang karena tidak ada curah hujan di kawasan tersebut hingga saat ini. Kalau banyak curah hujan, jadi hutan donggg.....seperti di Kalimantan, bukan gurun gersang dan kering kerontang.. Tapi soal zamzam cadangan air zamzam yang tidak bisa kering tersebut bisa jadi akibat akumulasi air hujan yang jutaan tahun sehingga menggurita di bawah kawasan tersebut seperti terapung dibawah lautan sebagaimana diteliti oleh Prof Farouk El-Baz.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H