Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Salafi-ISIS Mengobok-obok Libya

23 Februari 2015   14:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:40 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita-berita tentang ISIS (Islamic State of Irak and Syria) di Indonesia cukup ramai dan mendapat sorotan media tanah air. Sebelum gerakan ini mencuat saya sudah membacanya via media berbahasa Arab, dimana media Timur Tengah menyebutnya 'Daisy' yaitu 'Dawlat Islamiyah fil Iraq wasy-syam'. Pembaca juga dibawa pada banyak tanda tanya gerangan apa lagi  ini. Jika dulu yang menjadi biang kambing hitam adalah Alqaida dengan tokoh sentralnya Ben Ladin, namun setelah kematian Ben Ladin tersebut berita-berita seputar Alqaida meredup dan kemudian dimunculkan isu ISIS. Kekejaman ISIS sudah banyak dipublikasikan di media internasional yang isinya sangat mengerikan karena membunuh 'orang-orang tak berdosa', baik tawanan mereka maupun kelompok yang hanya karena berbeda keyakinan. Diantara tawanan yang dibunuh adalah wartawan Jepang dan belum lama ini juga pilot Jordania bahkan dibakar hidup-hidup, sedangkan kelompok yang juga dibunuh adalah penganut kepercayaan Yazidi di Irak. Tentu saja bagi yang memahami ajaran agama Islam yang sesungguhnya dan sunnah Rasulullah saw tidak ada satupun yang mengajarkan untuk membunuh orang hanya karena perbedaan keyakinan bahkan mereka harus dilindungi hak-haknya, begitu juga tawanan yang tidak bersalah. Islam mengajarkan memang melawan orang-orang yang melakukan penyerangan terhadap Islam (mempertahankan diri), bahkan yang ini adalah wajib hukumnya. Misalnya Indonesia diserang atau diperangi oleh negara lain maka umat Islam wajib membela dan mempertahankan negara yang diperangi.

Apakah ISIS ini muncul begitu saja. Tentu kita juga mereka-reka banyak opini. Tapi jika mengikuti teori konspirasi banyak yang menganggap itu sih hanya buatan Barat dan sekutunya untuk mengobok dunia Islam, terutama yang kaya minyak yang menjadi kepentingan dunia Barat dan sekutu. Hal ini ternyata yang dilansir oleh mantan Menlu AS Hillary Clinton yang mengatakan bahwa ISIS dibina oleh AS dan Barat.

Dalam kesempatan ini saya ingin menyoroti berita-berita yang terjadi di Libya yang baru-baru ini juga membuat dunia terperangah dimana ISIS cabang Libya telah membunuh para buruh atau Tenaga Kerja Mesir (TKM) yang beragama Kristen Koptik di kota Sirte, kurang lebih 1000 km sebelah Timur Libya. Sayapun merasa prihatin dan bahkan sedih melihat perkembangan stabilitas keamanan dan juga ekonomi negara penghasil minyak terbesar di benua Afrika tersebut. Sebagai orang yang merasakan hidup di akhir era Pemimpin Libya Kol. Muammar Gaddafi di Tripoli hingga perang menjatuhkan kekuasaannya tentu saja saya bisa membayangkan betapa merananya rakyat Libya yang selama ini (era Gaddafi) mendapatkan berbagai subsidi negara untuk kesejahteraan mereka. Mulai dari makanan pokok (saya sungguh merasakan betapa murahnya biaya makanan pokok. Cukup banyak saya tulis di Kompasiana), juga subsidi BBM dan juga perumahan. Bahkan Gaddafi membangun perumahan gratis bagi warganya di kawasan Selatan Libya dimana diantara kontraktor pembangunan perumahan tersebut adalah dari Indonesia.

Memang ketika AS dan Sekutunya Barat, yang paling depan adalah Perancis dibawah Presiden Nicolas Sarkozy menggulingkan rejim Gaddafi menggunakan kelompok radikal Salafi -mantan jihadis Afghanistan - sebagai ujung tombak penggulingannya. Namun, tentu saja tidak ada yang gratis dari semua itu. Setelah mereka berhasil - dimana tokoh penting yang memimpin perlawanan ke ibu kota Tripoli adalah Abdul Hakim Belhaj, yang dipenjarakan oleh Gaddafi di penjara Bouselim, sebuah penjara serem di Tripoli yang juga alumni Afghanistan, pemerintah pusat Libya yang lemah tidak dapat mengendalikan 'ulah' mereka, terutama di basis kelompok Islamis ektremis di wilayah Timur. Bahkan mereka mencoba menerapkan pemahaman sempit tentang Islam dengan melakukan berbagai kekerasan termasuk dalam perbedaan khilafiyah furuiyah fikih dalam berbagai mazhab fikih Islam. Seperti misalnya mereka menghancurkan situs-situs para Wali di Libya yang berjasa menyebarkan agama Islam di kawasan Afrika Utara tak luput dari hal itu. Seperti misalnya mereka lakukan penghancuran terhadap makam Waliyullah Syeikh Abdul Salam Al-Asmar yang terletak di kota Zletin, Misurata, yang dimana terdapat pesantren Tahfiz Al-Qur'an (mahasiswa Indonesia banyak yang memanfaatkan liburan musim panas mengkhatamkan hafalan Al-Qur'an mereka disana); dan juga Universitas Islam dan banyak kekerasan-kekerasan lainnya yang dilakukan kelompok Salafi ini termasuk pembunuhan terhadap Duta Besar AS untuk Libya di Konsulat AS di kota Benghazi; bahkan belum lama ini (21/2) residen Dubes Iran untuk Libya juga dibom.

Eksplorasi gerakan mereka - ditengah kelemahan pemerintahan resmi Libya yang sangat lemah ditandai dengan jatuh bangunnya kabinet - membuat gerah mantan jenderal yang melawan gerakan mereka. Jenderal Khalifah Haftar - begitu namanya - berontak dan melawan dengan anak buahnya kelompok Salafi-ISIS ini. Maka konflik bersenjata tidak dapat dihindarkan. Bahkan Jenderal bersumpah akan menghancurkan kelompok-kelompok ini hingga tidak bersisa. Tapi tentu saja - sekali lagi mengikuti teori konspirasi - siapa sesungguhnya di balik gerakan kelompok Salafi-ISIS ini yang sebetulnya secara fikih mereka berbasis Wahabi. Fakta ini adalah dimana ada minyak disitulah kelompk-kelompok model ini muncul atau lebih tepak dimunculkan. Tengok saja di kawasan Irak yang kaya minyak dan sekarang di Libya yang juga kaya minyak. Di Nigeria yang juga kaya minyak digoreng kelompok Boko Haram yang sebenarnya 11-12 dengan Salafi-ISIS dan di Afghanistan Taliban.

Libya diobok-obok Salafi-ISIS, tentu saja kita tidak rela. Siapapun tidak menyetujui. Tapi faktanya tidaklah sesuai dengan keinginan, karena banyak kepentingan disitu, khususnya kepentingan minyak. Dan siapakah yang rakus minyak dunia. Tentu kita sudah bisa menebak. Sayangnya, kenapa kelompok-kelompok radikal ini begitu mudah dirayu untuk memecah belah umat? Libya dan Irak contohnya. Miris

salam damai,

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun