Lafaz "Allahu Akbar" merupakan lafaz Takbiratul ihram ketika seorang muslim mengikrarkan permulaan salat. Tanpa pengungkapan lafaz Jalalah tersebut maka salatnya tidak sah dan tidak termasuk perbuatan salat. Salat itu sendiri adalah perjumpaan antara seorang hamba yang bersimpuh di depan Sang Pencipta, kekasihnya. Namun bagaimana makna "Allahu Akabr" tersebut. Adakah kehaibatan (keagungan) makna dibalik lafaz "Agung" tersebut. Coba kita perhatiakan dan tilik sejenak.
Kalau kita memposisikan diri kita atau manusia itu besar. Iya, betul bila dibandingkan dengan semut. Namun, kita menjadi kecil bila dibandingkan dengan rumah. Rumah menjadi kecil bila dibandingkan dengan gedung bertingkat. Lokasi gedung bertingkat menjadi kecil bila dibandingkan dengan lokasi DKI. Lokasi DKI menjadi kecil bila dibandingkan dengan lokasi RI. Lokasi RI juga menjadi kecil bila dibandingkan benua Asia, dan benua Asia menjadi kecil bila dibandingkan dengan bola dunia, dan bola dunia menjadi kecil bila dibandingkan dengan jagat raya, dan jagat raya menjadi kecil dibandingkan dengan ARASY ALLAH SWT. Dimanakah manusia dan kita semua itu. Hanya sebuah titik, noktah dan debu dibandingkan itu semua. Itulah makna lafaz jalalah "ALLAHU AKBAR" dalam pengungkapan Takbiratul Ihram setiap kali kita menghadap kehadirat Allah swt sebagai pengakuan kekerdilan dan kedekilan kita yang hanya secuil, tidak ada artinya, dan nista, dsb. Maaf, yang bila kita bandingkan dengan penglihatan kita kepada mahluk sangat kecil dan jijik dibandingkan besar badan kita seperti semut, insek, dsb.
Maka apakah ada kesombongan yang perlu kita banggakan. Tidak ada sama sekali. Malu rasanya semua kesombongan tersebut di muka Jalalah Allah swt. Maka, masih kita inkar dan tidak mau beribadah dan mengabdi pada-Nya.? Kebangetan. Hanya Iblis saja yang mengatakan hal itu. Bila manusia mengatakan iya, mungkin boleh jadi hanya rupa saja manusia, namun hakikatnya iblis sebagaimana difirmankan Allah sebagai 'minal jinnati wannaas". Apakah kita masih mau menjadi liberal thinker, freedomfaitht, dsb, sebagaimana yang ada di sebagian para Kompasinaer. Maaf.
Sungguh malu aku ya Allah. Ampunilah diriku Ya Allah. Aku hanya sebuah noktah hina di hadapan-Mu Ya Allah. Terimalah ibadahku Ya Allah....amien
salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H