Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Renungan Puasa: Kenapa Pelit?

23 Agustus 2010   13:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:46 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Allah berfirman dalam Al-Qur'an, surah Alu Imran (3:180), "Dan jangan sekali-sekali orang pelit menganggap bahwa kepelitannya itu baik, (padahal semua miliknya itu karena anugerah Allah); Bahkan pelit itu buruk baginya. Miliknya yang dipelitkan itu akan menjadi belenggu yang dikalungkan di lehernya nanti di hari kiamat. Dunia dan segala isinya (Langit dan bumi) hanya milik Allah. Allah Maha Tahu apa kamu kerjalan".

Ayat diatas ada beberapa hikmah yang perlu diketahui, bahwa sesungguhnya harta dan kekayaan yang kita miliki  adalah semata-mata karena anugerah Allah. Bukan karena kehebatan kita dalam berbisnis; bukan karena kehebatan kita dalam berniaga; bukan karena kehebatan kita yang sarjana; bukan karena kehebatan ilmu kita; dsb. Allah menegaskan itu semua adalah karena ANUGERAH-Nya. Boleh jadi itu semuanya demikian, karena dalam kenyataaannya berapa banyak orang yang pandai namun secara materi tidak seberapa dibandingkan orang yang tidak sekolah. Orang kaya banyak yang hanya lulusan SD; dan berapa banyak sarjana yang nagnggur, dsb. Ini hanya penegasan bahwa apabila kekayaan linear dengan kepandaian seseorang pasti secara merata orang andai itu kaya. Namun kenyataannya dalam masyarakat ada juga orang pandai namun miskin. begitu orang miskin bukan karena mereka tidak pandai, tapi adalah ANUGERAH Allah yang membuatnya demikian.

Pertanyaannya adalah apabila semua harta yang kita miliki itu berumber dari ANUGERAH Allah, kenapa harus pelit dan kikir bersedekah dan berbagi kepada orang lain yang juga karena ANUGERAH Allah, Allah tidak berikan harta yang berkecukupan. Bukan karena kebodohannya. Ini prinsip utamanya.

Hikmah yang lain adalah bahwa sikap pelit, kedekut, kikir, dsb, bukan perbuatan terpuji. Bahkan perbuatan tercela. Namun, kenapa masih juga pelit. Begitu pesan yang tersirat dari  ayat tadi.

Ayat tersebut juga menggugah untuk bersikap demawan pada orang lain, terutama yang tidak mampu. Sikap philantropis ini juga menjadi penekanan ayat tersebut, dan Allah sudah menjanjikan akan menggantinya dengan 10 kali lipat. Begitu murahnya Allah pada hambanya.

Intinya, Allah memncela orang yang pelit; dan memuji orang yang dermawan. Malu amat padahal duitnya dari gua, loe pelitt? Begitulah kira-kira sindiran Allah pada orang pelit.

Di bulan dermawan ini (Ramadhan Karim) kita ubah dari perilaku pelit menjadi perilaku dermawan.

salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun