Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penyair Hassah Hilal: Nadine Kedua dari Arab Saudi...!!!

24 Maret 2010   12:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:13 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_101514" align="aligncenter" width="225" caption="Penyair Hassah Hilal, yang Menentang Dominasi Maskulinitas Fatwa Fundamentalis di Saudi"][/caption] Kalau tulisan tentang Nadine el-Bedair cukup menarik perhatian, walau ada juga dari Kompasianer yang mempertanyakan bahkan mempertentangkan gerakan dan kiprah Nadine di negaranya. Terlepas dari pro-kontra mengenai gerakan dekonstruksi yang dilakukan Nadine yang anti kepmapanan di negerinya, kita salut akan keberanian Nadine sebagai tokoh penggerak kaum perempuan di Arab Saudi yang saat ini sudah mulai menggeliat keterbukaan disana sebagaimana saya tulis di kompasiana. Begitulah situasi yang diberontak oleh Nadine sebabagimana saya tulis juga mengenai Raja Abdul Aziz yang pernah mengawini sebanyak 30 orang wanita, yang juga timbul beberapa pertanyaan dan sanggahan dari pembaca. Kondisi wanita di Arab Saudi itulah yang sebenarnya dirombak oleh Nadine cs, yang sebenarnya bukan ajaran Islam itu sendiri, tapi bagian dari budaya Arab. Memang antara agama dengan budaya sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, tapi bisa dibedakan. Kali saya ingin menuliskan seorang aktifis yang melawan 'maskulinitas' para gamawan Arab Saudi yang fundamentalis dari Mazhab Wahabi/Salafi yang bisa dicirikan dengan memelihara jenggot (juga diprotes oleh Kompasianer). Tokoh tersebut bernama Hassah Hilal, seorang penyair Nabatean Arab Saudi. Hassah seorang penyair, ibu dari beberapa anak, usia sekitar 40-an bahkan dia memakai cadar. Tapi pemikirannya berani melawan kekuasaan 'maskulinitas' fatwa yang dikemukakan oleh para pemuka agama di Saudi, terutama fatwa yang melarang 'ikhtilath' (bergaul laki-laki dan perempuan dalam bekerja di kantor atau sekolah. Bahkan fenomena ikhtilath ini sudah merambah ke Indonesia, terutama dalam pesta perkawinan yang memisahkan antara penganten laki-laki dan perempuan, bahkan para undangan laki-laki dan perempuan. Orang Saudinya sendiri menentang, malah kita mengimpornya). Dalam sebuah puisinya yang berjudul 'FAWDHAA AL-FATAWA" (Fatwa Agama Yang Chaos) yang disampaikan dalam program 'Sejuta Penyair' di Abu Dahbi tgl. 18 Maret 2010. Di dalam puisi tersebut, Hassah mengkritik fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh para agamawan Arab Saudi seperti Sheikh Abd. Rahman Al-Barrak yang membolehkan agar dibunuh atau dihukum mati bagi orang yang melakukan 'ikhtilath' (habis nanti  penduduk Indonesia dibunuhin karena semuanya ikhtilath. Lihat tulisan saya di Kompasiana : 'Fatwa Agama: Kok Nyeleneh). Hassah mendukung sikap bangsa lain, seperti Indonesia, yang membolehkan adanya 'ikhtilath' antara laki-laki dan perempuan, yang dia istilahkan dengan 'al-ikhtilath al-Abyadh' (Ikhtilath Putih), yang disebutkannya sebagai kebutuhan hidup. Dia tidak sependapat dengan Sheikh Barrak yang merupakan representasi fundamentalisme dalam beragama yang menakutkan, ungkapnya. (Catatan: Persoalan ikhtilath tidak menjadi hambatan dalam kehidupan sehari-hari di negara Arab/Muslim lain, seperti di Mesir, Libya, Tunisia, Maroko, AL-Jazair, Jordania, Syria, dsb). Aneh memang, di negara asalnya, 'ikhtilath' suah mulai digugat oleh pelakunya, tapi di Indonesia malah mau diterapkannya. Lain budaya bung..... Tambahan: Masih soal ikhtilat yang dilarang keras oleh ulama fundamentalis Arab Saudi, ada fatwa mencengangkan yang dikeluarkan oleh Sheikh Yusuf Al-Ahmad karena melihat adanya ikhtilath pada saat tawaf. Dia memfatwakan agar Masjidil Haram diruntuhkan dan diganti dengan bangunan bertingkat 10 atau 20 atau 30 tingkat yang dapat memishkan ikhtilat antara laki-laki dan perempuan dalam Tawaf. Sheikh Yusuf ini adalah seorang dosen di Fakultas Syariah, Universitas Imam Muhammad Ibn Saud, Riyadh. Berapa duit dihabiskan untuk mengahncurkan dan membangun kembali Masjidil Haram yang diusulkannya dgn bangunan bertingkat. Malah jadi enggak beda antara masjid dengan Mall....hahahaaaaa... Apalagi bukti saat ini harga tanah di sekitar Masjidil Haram harganya selangit, bahkan mungkin paling mahal seluruh dunia. Permeter sebesar US $ 150.000 (Rp. 1.380 miliar permeter), sebagaimana dilansir oleh surat kabar Al-Madinah Saudi tgl. 22 Maret 2010 berdasarkan keterangan Ketua Proyek Perluasan Masjidil Haram, Ir. Abbas Qattan. Kalau di Jakarta sudah bisa bangun gedung bertingkat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun