Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pelanggaran HAM AS di Irak: Mencengangkan (2)

16 Juni 2010   10:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:30 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Melanjutkan tulisan sebelumnya tentang pelanggaran HAM AS di Irak.

Kondisi Anak-Anak Irak Masa Pendudukan (Penajajahan) AS 2003-sekarang

1. Studi yang dilakukan oleh Organisasi Riset Inggris (ORB) dan dipublikasikan pada 2007 menyebutkan bahwa 1.2 juta warga Irak yang terbunuh sejak penyerangan terhadap negeri tersebut pada tahun 2003. Kendati penelitian tersebut tidak menyebutkan usia, namun bisa dipastikan bahwa mayoritas mereka adalah anak-anak.

2. Anak-anak Irak menghadapi secara langsung pembunuhan terhadap mereka melalui serangan ke kampung-kampung dan kawasan berpenghuni sejak pecahnya perang yang dilakukan oleh AS, dimana anak-anak tersebut menjadi korban mortir, ranjau, senjata uranium, dsb, sebagaimana disebutkan oleh Robert Fiest di majalah ICL 3 Februari 2003. Disamping itu, juga serangan tentara AS terhadap kota-kota Irak lainnya seperti Falluja, Haditsah, Muhammadiyat, Ramadi, Nejf dan Mosul. Pembantaian di Haditsah pada tahun 2005 merupakan bukti nyata pelanggaran HAM anak tersebut. Selain itu, juga peledakan bom, penembakan para sniper, dsb, yang juga merenggut nyawa  orang-orang tidak berdosa, termasuk anak-anak.

3. Tentara AS dan Inggris (Sekutu) melakukan penyiksaan terhadap anak-anak. Hak tersebut dikemukakan oleh Organisasi HAM bahkan pihaknya menyebutkn berbagai tindak kekerasan dan penyiksaan terhadap anak-anak, bahkan pemerkosaan bagi anak perempuan (mengerikan dan keji !!!), sebagaimana skandal penjara Abu Ghreib. Sebanyak 10.000 wanita Irak masih mendekam di tahanan dan penjara sejak penjajahan AS tersebut.

4. Akibat dari embargo dan penjajahan, memunculkan krisis ekonomi dan hancurnya harga mata uang dinar Irak sehingga memunculkan kemiskinan dan kelaparan bagi mayoritas rakyat Irak yang menyebabkan anak-anak kekurangan gizi dan rentan penyakit. Laporan Oxpam tahun 2007 menyebutkan bahwa lebih dari 8 juta warga Irak, mayoritas anak-anak sangat membutuhkan bantuan pangan dan setengah penduduk Irak dalam keadaan miskin.

5. Menurunnya jaminan kesehatan dan pembunuhan terencana terhadap dokter dan tenaga medis menyebabkan bertambahnya beban mereka terutama anak-anak akibat kekurangan dokter dan para tenaga medis tersebut. Institut Brooking menyebutkan bahwa sebanyak 2000 dokter Irak terbunuh, dan sebanyak 250 orang telah diculik. Hampir separuh dokter Irak meninggalkan negeri tersebut, bahkan mencapai lebih dari 75 % diantara mereka dokter, ahli farmasi, dan suster (perawat) sejak 2003.

6. Menggunakan politik 'pelaparan' selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, di kota yang dikepung tentara AS sebagai hukuman jamaah sehingga menambah beban dan kesengsaraan bagi anak-anak yang menyebabkan kematian mereka. Selain itu, 70 % faasilitas kesehatan, persediaan air bersih yang tercemar, dsb, juga menyebabkan tingkat kematian bagi anak-anak, dengan persentase 8:1 (satu anak mati dari 8 anak), berdasarkan sumber Michel Hass mengenai anak-anak Irak di majalah ICH nomor perdana tahun 2009.

9. Tercemarnya udara kota-kota besar dengan racun kimia, dan senjata leser yang menyebabkan bertambahnya pengidap kanker, kelainan janin dalam kandungan dan leukimia, sebagaimana dilansir oleh the waashington Post.

dan masih banyak lagi pelanggaran HAM AS lainnya yang saya tidak tuliskan, karena sudah lebih dari cukup pelanggaran yang dilakukan oleh tentara dan pasukan AS dan sekutunya di Irak yang hingga saat ini masih bercocol untuk meraup minyak dari kawasan cadangan minyak terbesar di dunia tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun