Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mentalitas Guru PNS, Masih Memble

14 November 2014   22:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:48 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketika kampanye presiden, capres Jokowi mencanangkan revolusi mental bagi rakyat Indonesia. Apakah revolusi mental ini masih menjadi kerja-kerja-kerja Kabinet saat ini. Semoga saja.

Dalam kesempatan ini saya ingin mencatat apa yang terjadi pada guru-guru PNS, saya katakan guru PNS karena saat ini mereka telah mendapatkan banyak fasilitas material apalagi yang sudah mendapatkan sertifikasi. Namun, mental mereka dalam mengajar masih saja seperti zaman belum ada fasilitas alias zaman guru Umar Bakri dulu.

Coba saja - bagi yang punya anak yang sedang menempuh pendidikan di tingkat SMP-SMA- simak pelajaran dan hal hal yang berhubungan dengannya dan tanyakan mereka, khususnya mata pelajaran yang penting seperti matematika dan bahasa Inggris. Hampir dapat dikatakan guru-gurunya mengajar di kelas sesuka hati, - maksudnya murid belum menangkap pelajaran dengan baik - kurang motivasi sehingga hasilnya nilai atau tingkat kebisaan murid rata-rata jeblok. Ujung-ujungnya adalah sang guru meminta si anak untuk mengikuti  les pribadi kepadanya setelah jam sekolah selesai.

Ternyata saya tanya anak-anak saya yang berbeda sekolah banyak yang mendapatkan perlakuan seperti itu. Jika sang guru mematok harga les pribadi tidak terlalu mahal masih bisa ditolerir. Namun jika sudah mematok harga yang cukup mahal tentu saja sinyalemen diatas menjadi ada benarnya. Bahkan harga tersebut memberatkan orang tua para siswa. Memang harga yang dipatok guru bervariasi, ada yang Rp. 10.000, Rp 25.000 dan Rp 50.000. Anehnya - saya sebut aneh - uang bayar les pribadi itu harus dibayar setiap mengikuti les tambahan yang biasanya dalam seminggu 2 kali. Coba saja kalikan jika rata-rata diikuti 20 siswa setiap kali pertemuan Rp 50.000 seminggu 2 kali. Dalam sebulan si guru telah korupsi ilmu - yang seharusnya dia berikan secara normal dalam kelas sudah mencapai 20x50.000x8 = Rp 8 juta. Dan hal ini tidak sedikit yang sudah dilakukan di beberapa sekolah negeri. Silahkan dicek saja dengan sidak dan tanyakan anak didik. Semoga sidak Pak Menteri Anies juga menanyakan masalah ini.

Sungguh menyedihkan jika mentalitas guru-guru PNS yang sudah mendapatkan fasilitas yang cukup baik namun mental mereka yang belum merasa cukup. Tentu saja soal merasa cukup bagi sebagian orang tidak akan pernah cukup kecuali telah berkalang di liang kubur. Wallahu A'lam.

salam damai,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun