[caption id="attachment_194319" align="aligncenter" width="300" caption="http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/3496731.stm"][/caption] Konflik Sudan, khususnya Darfur masih belum banyak yang mengetahui. Tuduhan Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) yang menambahkan 'dosa' Presiden Omar Bashir baru-baru ini adalah kejahatan gnocide di Darfur, sebuah tuduhan yang sengaja dihembuskan oleh Barat dan antek-anteknya terhadap Sudan yang kaya akan cadangan minyak yang belum dieksploraasi, khususnya di Darfur. Konon, dikawasan konflik tersebut Cina lebih dulu eksis menggarap minyak di kawasan tersebut tanpa perlu gembar-gembor soal politik dalam negeri negara lain. Darfur terletak di Barat Sudan berbatasan dengan Chad di Barat dan Libya, Utara dengan kawasan Kurdopan dan Bahr Gazal, Selatan berbatasan dengan Rep. Afrika Tengah. Luasnya lebih besar dari negara Mesir; dan seluas Perancis. Penduduknya saat ini mencapai 5 juta orang yang berasal dari beberapa suku berasal dari Arab dan Afrika, yang masih menetap sebagian di Chad dan Republik Afrika Tengah dan juga Libya. Bahkan Presiden Chad Idriss Deby berasal dari salah satu suku di Darfur. Penduduknya 100 % muslim. Islam masuk ke Darfur pada abad ke-17 pada masa Sultan Sulaiman Soloon, penguada Darfur. Sejak tahun 1990-an terjadi konflik di kawasan tersebut khususnya setelah ditemukan di perut bumi nya cadangan minyak yang sangat besar. Akibat ketidakmerataan ekonomi yang dilaksanakan pemerintah pusat di Khartoum, timbul berbagai gerakan yang menuntut otonomi dan bahkan kemerdekaan, seperti misalnya Gerakan Keadilan dan Persamaan pimpinan Dr. Khalil Ibrahim maupun Gerakan Pembebasan Sudan pimpinan Abdul Wahid Nur. Negara-negara asing juga  mempunyai kepentingan untuk turut memancing di air keruh dengan tujuan meraih keuntungan dibalik konflik tersebut, khususnya penguasaan akan kekayaan kawasan tersebut. Salah satunya adalah Gerakan Pembebasan Sudan yang dipimpin oleh Abdul Wahid Nur yang pro-Israel. Nur saat ini menetap di Paris dan banyak diantara anggotanya yang menjadi pengungsi di Israel. Sedangkan Gerakan Keadilan dan Persamaan pimpinan Dr. Khalil Ibrahim merupakan faksi yang paling kuat, bahkan menjadi tokoh utama perundingan damai yang dimediasi oleh Qatar dan Libya sebagai anggota Uni Afrika. Dalam keterlibatan asing dalam memancing di air keruh, ditengarai Israel secara tidak langsung terlibat didalamnya. Berdasarkan laporan Jews Teleghraf tgl. 8 juli 2004 dibawah judul "Sudan Menjadi Topik Israel", penulis Yahudi Peter Egrous mengindikasikan hal tersebut dimana kelompok Yahudi meningkatkan perhatian terhadap konflik penduduk kawasan tersebut; dan indikasi lain adalah kedekatan Gerakan Abdul Wahid Nur kepada Israel. Tidak mudah memang menyelesaikan konflik yang berkepanjangan di kawasan tersebut. Terlalu banyak kepentingan pihak luar yang memancing di air keruh dengan tujuan yang sama, yaitu menguasai kekayaan kawasan tersebut. salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H