[caption id="attachment_115340" align="aligncenter" width="300" caption="Pemimpin Libya (http://www.moheet.com/image/53/225-300/530666.jpg)"][/caption] Saya ingin tulis soal lain lagi. Soal Iran-Arab, terutama negara-negara tetangga Iran di Teluk, yang selalu mempunyai sikap 'stigma' dan curiga terhadap negara Syiah dari Persia tersebut, yang sebenarnya sengaja diciptakan pola dan kondisi demikian oleh AS dan Barat untuk menjamin hegemoni Barat di kawasan Teluk serta mengeruk harta karun wilayah tersebut. Pemiliknya cuma dapat sedikit doang. Kata orang Betawi cuma 'se encrit' heheheeee.... Tapi bukan soal itu yang ingin saya bahas. Saya ingin kemukakan visi Pemimpin Libya, Rajawali Afrika dan Ketua KTT Arab ke-22, Kol. Muammar Gaddafi dalam memandang persoalan Iran-Arab. Kol. Gaddafi adalah salah seorang pemimpin Arab dan sedikit dari tokoh yang mempuyai visi ke depan (visioner) dan pemikiran yang berilyan. Buah fikirannya bisa dibaca dalam buku-buku pemikirannya mengenai hal itu. Tentang soal Iran-Arab, Gaddafi mengingatkan bahwa persoalan tersebut harus dirujuk ke belakang pada Dinasti Fatimiyah Syiah, yang pernah berdiri perkasa di Afrika Utara dari Tunisia dan mendirikan kota Cairo serta Universitas Al-Azhar di Mesir hingga ke kawasan Teluk Arab. Gaddafi melihat bahwa mafhum 'Syiah' tersebut sambil menegaskan bahwa bangsa Arab merupakan lebih berhak (awla) dengan pola 'tasyayu' (bersyiah) dan Ahlul bayt Nabi karena itu adalah rumah kita, sebagai Arab. Karena Nabi Arab dan ahlul bayt juga Arab, sehingga persoalan Syiah tidak pernah menjadi persoalan ideologi dalam sejarah Islam, bila ditinjau dari akarnya (Nabi Muhammad dan keturunannya yang dinamakan Ahlul Bayt). Dikhotonomi Sunni-Syiah yang masuk ke wilayah politik merupakan ciptaan Barat dan AS untuk kepentingan mereka dan memecah belah Arab-Iran lewat dikhotonomi Sunni-Syiah tadi guna mengeruk kekayaan wilayah Arab yang kaya dengan sumber daya alam. Oleh karena itu, Gaddafi mengusulkan dibentuknya semacam 'Dinasti Fatimiyah jilid ke-2' berasaskan kesadaran dan kepentingan bersama. Ide dan gagasan memunculkan kembali 'Dinasti fatimiyah jilid 2' tersebut sudah mulai bergulir di kalangan cendiakawan dan pilitikus di Afrika Utara dan juga di luar Afrika Utara. Mereka bekerja masih secara rahasia dan akan memunculkan ide tersebut secara terbuka. Sebuah ide yang sangat cemerlang....namun Barat dan AS pasti tidak (akan) setuju, karena enak sih....mengeruk minyak dari negara Teluk....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H