Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Guru, Masih Banyak Guru PNS yang Jadi "Pengemis".

29 November 2014   13:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:32 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hari guru yang diperingati setiap tanggal 25 Nopember sudah berlalu. Gegap gempita dan bahkan dirayakan dengan acara besar-besaran di GBK yang dihadiri oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah dan Kebudayaan Anies Baswedan. Para Guru mempetontonkan kehebatan dan pamor mereka. Tapi masih banyak catatan kecil di sekolah-sekolah yang pasti dirasakan oleh orang tua. Ini yang mau saya tulis.

Saya yang saat ini masih mempunyai anak yang masih duduk di SMP dan SMA yang belajar di sekolah tidak sama (maksudnya berbeda-beda) tentu saja bisa mengamati antar satu sekolah dengan sekolah lainnya. Dalam berbagai kegiatan yang sifatnya bukan kewajiban sekolah dan melibatkan wali murid pasti sering menemukan hal-hal yang tidak wajar. Karena kalau itu kewajiban wali murid pasti semua sekolah mengharuskannya. Jadi, saya selalu menanyakan mereka (ada tiga anak yang sedang sekolah) jika ada pungutan untuk ini itu. Walau sifatnya komplementari tapi tidak sedikit guru Wali Kelas yang mewajibkan sehingga si anak memaksa orang tua untuk meluluskan permintaan wali kelas, bahkan tidak sedikit yang menangis jika orang tuanya tidak memenuhinya.

Salah satu contoh antara lain dalam rangka memperingati hari guru yang lalu, wali kelas mewajibkan (sekali mewajibkan) setiap murid untuk memberikan hadiah dan harus seragam (sama) berupa bentuk barang yang disebutkan jenisnya. Harus seragam, semuanya itu. Harganya tentu saja cukup mahal. Ini yang saya alami. Tentu saja saya bertanya kenapa harus seragam semuanya itu. Kan boleh apa saja sesuai dengan keinginan dan kemampuan wali murid/orang tua. Bagi yang kelas menengah dan atas mungkin tidak masalah, tapi bagi wali murid kelas menengah kebawah tentu memberatkan, apalagi jika hal seperti sering. Bisa sebulan lebih dari sekali. Saya protes, justru si anak menangis karena ini "WAJIB" kata guru wali kelas. Akhirnya, wali murid mengalah. Bahkan banyak hal-hal yang diluar tanggungjawab wali murid yang oleh guru atau guru wali kelas meminta ini-itu kepada wali murid/orang tua siswa, seperti minta AC buat kelas, penggantian hordeng baru kelas karena hordengnya sudah lama dan bahkan tidak sedikit sekolah meminta mobil buat kegiatan sekolah. Ini saya alami sendiri ketika kakak mereka - anak saya, saat ini sudah kuliah - masih sekolah di sekolah menengah. Coba, bayangkan saja, minta mobil yang harganya mahal  dan wali murid disuruh patungan/urunan. Belum lagi hal-hal yang sifatnya kecil seperti guru mau pensiun, pasti murid-murid dimintakan ini-itu dalam bentuk uang, dsb.

Tapi saya rasakan - berdasarkan pengalaman - di sekolah anak yang lain tidak seperti itu. Ini kan berarti apakah karena guru-guru di sekolah yang itu sebagai cermin kekereatifan guru - dalam makna negatif - sehingga dikit-dikit minta duit - saya mengingstilahkannya mengemis - untuk hal -hal yang sifatnya komplementari. Saya setuju saja hal itu jika ada yang bersedia diantara wali murid yang memberikan sesuatu pada munasabah tertentu seperti "Peringatan Hari Guru", Guru Pensiun dan lain sebagainya. Tapi tidak harus mewajibkan bagi semua murid. Dia gak tau ngkali kalau ayahnya lagi tidak ada uang, karena tanggung bulan misalnya seperti pada saat hari guru diujung bulan, dan si anak menangis karena ini wajib kata guru wali kelas, tentu sangat memberatkan orang tua/wali murid. Katakan saja bagi yang ada kelebihan uang dan itu berpahala karena menolong, bersedekah dan lain-lain kepada guru. Tapi tidak mewajibkan. lhoh...ini pokoknya harus dan wajib. Ini yang saya tidak setuju.

Jadi, para guru-guru PNS hati-hati. Karena boleh jadi tidak sedikit diantara anak-anak murid dia, ada keluarga yang punya anak lebih dari satu dan bersekolah di lain sekolah. Tentu saja ortunya  bisa membanding dengan sekolah anak yang lain yang tidak melakukan semacam itu. Selain itu juga, boleh jadi ada wali jurid yang rajin menulis seperti di blog Kompasiana ini sehingga kasus-kasus seperti itu ditulis apa adanya seperti yang saya alami sendiri. Punya RASA MALU lah sedikit, jangan sedikit-sedikit minta duit, sedikit-sedikit minta diuit sama murid. Itu namanya Guru Pengemis. Wallahu A'lam.

salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun