[caption id="attachment_95284" align="aligncenter" width="300" caption="Villa di Kawasan Puncak (Google)"][/caption] Kawasan Cisarua, Puncak, Bogor pasti sudah banyak yang tahu, terutama bagi penduduk Jakarta untuk melepas lelah dan menikmatI pemandangan dan udara yang menyegarkan, walaupun hanya untuk sekedar makan jagung rebus atau bakar di puncak. Tapi di belahan dunia Arab sana, kawasan tersebut juga sangat populer walau hanya ditransfer melalui mulut ke mulut. Coba saja tengok di kawasan Cisarua, bak layaknya di negara Arab. Banyak warung dan toko yang ditulis dalam bahasa Arab menjajakan barang dagangannya. Ada money changger atau sharraf, ada penjual syisyah, rokok khas Arab yang disedot menggunakan pipa panjang dengan air di tempolongnya, sehingga kalau disedot berbunyi, glegek...gledek...isi tembakaunya juga bukan asal tembakau, tapi ada campuran buah. Ada rasa pisang, apel, strawberry, dll. Selain itu juga menjajakan menu Timur Tengah, nasi kebuli, mandi, dsb. Pokoknya serba Arab. Surat kabar internasional Al-Arab yang terbit di London pernah melaporkan tentang fenomena Puncak dan Cisarua dengan segala bisnis 'kawin siri'nya. Sindikat kawin siri tersebut sudah membuat jaringan dengan menyebar kartu nama kepada calon pengunjungnya. salah seorang Arab di koran tersebut mengaku bahwa dirinya baru pertama kali akan berkunjung ke Indonesia. Berdasarkan keterangan kawannya yang mendapat kartu nama dari seseorang, ketika tiba di Jakarta kontak saja orang tersebut, dan dia bisa berbahasa Arab. Pesan lain yang diselipkan adalah 'kalau kamu mau kawin kontrak bisa diatur sama orang tersebut', begitu pesannya. Kalau di Jakarta, coba-coba nongkrong di Atrium Senen, Jakarta Pusat, dan coba juga duduk di court foodnya. Mayoritas pramuniaganya adalah 'alumni' TKW Timur Tengah yang bisa berbahasa Arab slang. Deal-deal dan kontrak kawin siri pun bisa diatur oleh mereka dengan harga bervariasi. Perawan US$ 500 dan janda US $ 300 kotor, artinya belum termasuk harga penghulu dan mak comblangnya. Perempuan Sunda, umumnya dikenal oleh kalangan Arab sebagai perempuan lembut dan pasrah. Makanya, TKW yang ke Timur Tengah, khususnya Arab Saudi tidak mau menerima TKW dari daerah lain. Bila ada dari daerah lain, pasti nama dan alamatnya dipalsukan. Bisa dipastikan diganti dengan nama dan alamat di Jawa Barat. Fenomena kawin wisata ini sebenarnya proyek wisata sex juga yang berkedok di bawah dalih agama, dan sebagaimana hukum ekonomi, ada permintaan maka ada pasokan, sehingga klop jadinya. Yang tidak mengenakkan bahwa fenomena tersebut sudah mengglobal dan go internasional. Wahhh...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H