Palestina boleh saja mengklaim Al-Quds (Yerussalem) sebagai ibu kota abadi bagi Palestina. Bahkan mendiang Pejuang Palestina Yasser Arafat (Abu Ammar) dengan gegap gempitanya sambil menambahkan kalimat, 'syaa man syaa abaa man abaa' (terlepas ada kata dunia, meminjam slogam Ditjen Pajak). 'Apapun kata dunia, setuju atau tidak setuju, pokoknya, Al-Quds adalah ibu kota abadi bagi Palestina. Namun seiring waktu bergulir, apalagi pasca dikeluarkannya UU Referndum Israel yang baru yang menyebutkan bahwa penarikan mundur Israel dari Tepi Barat (West Bank) dan tanah yang diduduki Israel harus mendapat persetujuan warga pemukiman Yahudi yang telah menempati kawasan tersebut. Bila warga Yahudi setuju mundur, maka wilayah tersebut dapat dikembalikan. Bila tidak setuju, maka tidak bisa. Barangkali itu hasil kekasalahan diplomasi bangsa Palestina dan juga Arab yang selama ini percaya pada AS sebagai mediator sejak Perjanjan Camp David hingga Oslo, bahkan hingga masa Presiden Obama, Israel dengan cerdik (dan juga licik) menerapkan politik berpacu dengan waktu sehingga secara perlahan namun pasti tanah yang diduduki pun akan menjadi tanah air bangsa Yahudi. Belum lama ini anggota Knesset Israel dari Partai Ekstremis Kanan 'Beit Yehudi' Zebolon Erliev mengusulkan draft RUU yang bertujuan untuk memperluas UU Pokok AL-Quds berubah dari kota menjadi 'ibu kota bangsa Yahudi'. Anggota Knesset tersebut mengajukan draft tersebut berdasarkan latar belakang perlakuan AS (maksudnya Presiden Obama yang suka menekan Israel dengan meminta pembekuan pembangunan pemukiman) dan juga tuntutan dunia Islam mengenai Yerussalem. Berdasarkan hal tersebut, sudah waktunya mendesak untuk menuangkan dalam bentuk UU bahwa Al-Quds (Yerussalem) bukan hanya ibu kota bagi Israel, namun ibu kota bagi bangsa Yahudi. Mahmud Abbas (Abu Mazin) yang sudah bersusah payah membujuk-raya untuk bernegosiasi namun hasilnya hampa, entah menunggu apa yang akan ditunggu. Bahkan, menjadi satirik bagi para pengamat politik Timur Tengah yang mengatakan bahwa Abu Mazin menunggu sesuatu yang tidak tahu apa yang ditunggu. Menunggu godot ngkali....kasihan salam kasihan,,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H