Postingan tentang Nadine el-Bedair, seorang feminis-liberalis Arab Saudi rupanya cukup banyak menyedot komentar dari para Kompasianer. Dalam tulisan ini saya ingin berbagi tentang sejarah pemikiran liberalisme di negara-negara Teluk yang telah melahirkan orang-orang seperti Nadine, dsb. Belum lama ini di Cairo, Mesir dengan tenang telah berpulang ke rahmatullah Prof. Dr. Fuad Zakaria setelah menderita sakit cukup lama. Ketimbang Dr. Hasan Hanafi, Najib Mahfuz (Nagouib Mahfouz), Dr. Farag Fodah, dll, nama Fuad Zakaria tidak banyak dikomentari. Tapi siapakah dia sebenarnya. [caption id="attachment_100022" align="aligncenter" width="300" caption="Prof. Dr. Fuad Zakaria, Penanam Faham Liberal di GCC."][/caption] Prof. Dr. Zakaria, lahir di Port Said pada tahun1927 dan meninggal di Cairo pada hari Kamis,tgl. 11 Maret 2010. Belajar filsafat di Universitas Cairo dan memperoleh gelar PhD dari Universitas Ain Shams, Cairo pada tahun 1956. Bekerja sebagai tenaga pengajar di Universitas Ain Shams antara tahun 1957-1974, kemudian bekerja sebagai tenaga pengajar di Universitas Kuwait dan menjadi Ketua Jurusan Filsafat, Fakultas Sastra, Universitas Kuwait. Keberadaan Prof. Fuad Zakaria di Kuwait ini yang mempengaruhi gerakan pemikiran liberal di negara kaya minyak tersebut sejak dekade 70an hingga sekarang yang hasilnya bisa disaksikan di negara tersebut. Misalnya, Kuwait merupakan negara pertama di GCC yang anggota parlemennya dipilih melalui pemilu, sehingga mosi tidak percaya terhadap pemerintah (PM) yang dipegang oleh keluarga Raja merupakan pemandangan biasa bahkan seringkali terjadi. Anggota parlemen juga banyak kaum wanita. Begitu juga para pemikir Kuwait yang liberal sudah menampakkan batang hidungnya sejak lama, pada saat negara Teluk yang lain masih belum banyak yang belajar. Seperti misalnya Dr. Muhamad Al-Romeihi yang menjadi pimred majalah bulanan kebudayaan 'Al-Araby', selain itu juga muncul nama-nama lain yang berfikiran liberal seperti clan Al-Kawari, dsb. Nah...Prof. Fuad Zakaria, sejak dekade 70an sudah menanam pohon 'sulthat al-aql' (kekuasaan akal)tersebut dan sudah membenamkan gerakan pemikiran yang oleh dunia Arab dikatakan sebagai 'pemikiran ilmiah dan modernisasi budaya' bersama kawan-kawannya seperti Prof. Dr. Zaki Najib Mahmud, yang banyak mendapat kritik dari para agamawan di Mesir, Tawfik Hakim, budayawan dan seniman, termasuk juga Dr. Taha Husein, dsb. Jadi akar yang telah ditanamkan oleh Prof. Fuad Zakaria sudah membuahkan hasil, seperti munculnya orang seperti Nadine el-Bedairi itu di Arab Saudi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H