Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Air Lebih Mahal dari BBM...!!!

27 April 2010   12:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:33 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_128066" align="aligncenter" width="200" caption="Waduk Raksasa Attaturk (http://www.adiyamanli.org/ataturk_dam.htm)"][/caption] Air lebih mahal dari BBM???. Jangankan di negara yang tandus dan bergurun pasir, di negara yang berlimpah air saja, seperti Indonesia, boleh dibilang begitu, air lebih mahal dari BBM. Tengok saja harga sebotol air mineral (yang benar-benar mengandung mineral, seperti evian, berapa harga sebotol besar, kalau tidak salah harganya Rp. 24.000. Dibandingkan dengan bensin dapat beberapa liter), bahkan di negara Arab dapat puluhan liter bensi. Saya pernah menulis tulisan mengenai 'perang berebut air' di Kompasiana (22 April 2010) yang membahas soal kegamangan Mesir dan Sudan akan pasokan air sungai dari negara-negara 'manba' (pusat sumber mata air sungai Neil). Hari ini saya membaca dua buah artikel mengenai tema yang sama, di surat kabar Al-Shams, Libya, edisi 27 April 2010 ditulis oleh Osman Ismail   dan surat kabar 'Al-Arab' edisi 26 April 2010. Tulisan Osman dengan judul 'Perang Berikutnya adalah Perang Berebut Air' yang mengupas lebih luas termasuk di kawasan Timur Tengah, tidak hanya air Sungai Nil saja. Berdasarkan catatan Osman bahwa kekurangan air negara-negara Arab mencapai 44 % akan tetapi sumber mata air dunia Arab dikuasai oleh 8 buah negara non-Arab sebanyak 85 %. Sedangkan negara Arab hanya kebagian 15 % saja. Diantara negara-negara 'manba' air tersebut tersebut antara lain Ethiopia, Uganda, Kenya, dan Zaire untuk sungai Neil; Turki untuk sungai Eufrat dan Tigris serta Senegal dan Guinea di Afrika Barat, dan Israel yang menguasai sebagian besar pasokan air sungai Jordan di Tepi Barat, dan sungai Lethani di Lebanon Selatan. Prinsip pembagian air internasional berdasarkan konferensi Helsinki tahun 1966 merupakan pedoman yang menjadi rujukan bagi negara-negara yang dialiri sebuah sungai besar dalam mendapat jatah aliran sungai tersebut, berdasarkan hal-hal berikut ini, antara lain, Geografi negara manba', demografi negara tersebut, beaya berbagai metode alternatif yang bisa saja tidak memerlukan air untuk keperluan ekonomi dan sosial suatu negara; sejauh mana kemungkinan kompensasi bagi suatu negara atau lebih sebagai penyelesaian penggunaan beraneka ragam air tersebut dan jaminan stock ketersediaan air tanpa menyebabkan kerugian atau bahaya bagi negara yang lain. Persoalan air juga menjadi persoalan bagi Israel yang berdiri di tengah-tengah negara 'musuh' dalam merasakan ancaman akan ketersediaan pasokan air tersebut. Perjuangan kemerdekaan Israel yang panjang, dan strategisasi sejak 'Janji Balfour' tahun  1917 hingga merdeka pada 1948 terus berjuang menciptakan negara 'Israel Raya' yang dimulai  dari Sungai Neil di Mesir hingga Sungai Eufrat dan Tigris di Irak, yang merupakan cadangan air terbesar di Timur Tengah.  Bahkan tokoh Zionisme Heim Weizman sudah menulis masalah air tersebut sejak tahun 1920 kepada Menlu Britania Raya, Lord Kirzoun??, bahwa Zionisme tidak hanya menginginkan Palestina semata, tapi juga meliputi Lebanon Selatan yang memiliki aliran sungai Lethani dan sungai Yarmuk tapi juga kawasan yang membentuk negara-negara Lebanon, Syria dan Jordania. Secara perlahan-lahan 'mimpi' Israel sudah hampir mencapai kenyataan, di mana kawasan tersebut dengan perbatasan perang 1967 telah mencaplok Dataran Tinggi Golan dari Syria, Lebanon Selatan dan Tepi Barat dari Jordania. Kenapa Sinai dikembalikan kepada Mesir. Karena belum saatnya untuk menciptakan Israel Raya dan Sinai tidak mempunyai sumber mata air, sedangkan Mesir bisa diobok-obok dari negara 'manba' sungai Neil yang sudah dijalankan berkat kunjungan Menlu Israel Avigdor Lieberman. Demikian juga keadaannya dengan Sungai Eufrat dan Tigris di Irak, yang mempunyai 'manba' di Turki dan melewati  Syria dan Irak sebagai negara 'musabb' (hilir), sama dengan Mesir dan Sudan di sungai Neil. Irak sudah dijajah AS dengan restu lobby Yahudi di AS tentunya, dan juga Mossad, - Badan intelejen Rahasia Israel - sudah bermain  di Irak, bahkan sudah merasuk ke Asia Tengah. Turki sebagai 'manba' (hulu) sudah membangun waduk raksasa sungai Eufrat tersebut yang diberi nama 'bendungan Attaturk' sejak tahun 1990 di sebelah Timur Anadhol. Kekhawatiran  serupa juga pernah dilontarkan oleh mantan Menteri Perminyakan Saudi, Sheikh Ahmad Zaki Yamani yang mengatakan bahwa nanti minyak negara-negara Arab tidak laku karena sudah ada teknologi penggantinya, sehingga orang Arab akan minum minyak, karena kekuarangan cadangan air. Tapi bagi Arab Saudi masih lumayan punya cadangan zamzam....hahahaaaa tautan tulisan. salam, peace, syaloom..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun