Cerita-cerita tentang tipu menipu terhadap BMI Hong Kong sudah sering terjadi. Saya sudah mendengarnya sejak 10 tahun silam. Modus operandinya juga bermacam-macam. Dari mulai penipuan oleh sesama BMI sendiri - ternyata ada juga BMI yang nakal dan menipu sesama BMI dengan berbagai alasan dan sungguh tega menipunya - maupun orang-orang dari tanah air sendiri yang mengaku orang pinter, orang bisa, orang gede dan lain sebagainya. Memang karena kondisi BMI Hong Kong yang bisa berlibur satu hari dalam seminggu, khususnya terbesar di hari minggu dan dunia maya begitu mudah di akses yang tentu saja frekuensi hubungan dunia menjadi kecil dan gampang. Di tengah arus informasi cepat tersebut, berbagai iming-iming yang menggiurkan menjamur dan membuat mereka tertarik untuk coba-coba dan akhirnya hasilnya dapat kita ketahui...menyesal karena sudah tertipu.
Kemarin saya terkejut menerima japri dari seorang BMI yang sebelumnya saya tidak tahu telah tertipu uang sebangak 45 juta rupiah. Sebuah angka yang sangat fantastis bagi seorang buruh migran - bahkan bagi saya sekalipun. Dia banyak konsultasi bimbingan keagamaan kepada saya yang selalu saya beri motivasi untuk senantiasa dekat dengan Allah swt. Artinya, di waktu libur kerja usahakan banyak ikut kegiatan di masjid yang ada di HK, baik ikut pengajian maupun ibadah-ibadah lainnya. Jangan sampai liar, ikut hal-hal yang merugikan keuangan. Karena jika salah gaul gaji sebulan bisa habis dalam sehari. Namun, dia pernah bercerita tentang soal seseorang yang meminjam uang kepadanya.
Singkatnya, dia menikah dengan seorang yang sudah dikenalnya selama ini. Namun sayang, laki-laki tersebut sudah mempunyai seorang istri. Itu sayangnya, tapi dia baru bercerita setelah hal ini terjadi. Jika saja jauh sebelumnya bercerita akan saya nasehati lain. Tentu saja hubungan ini menjadi runyem, karena si suami di kampung yang tidak mau pernikahan dia diketahui oleh istri tuanya walau mertuanya tahu. Namun, si suami berkawan orang-orang yang mengaku tokoh agama dan berkenalan dengan istrinya yang BMI yang ujung-ujungnya merayu meminjam uang hingga mencapai 45 juta rupiah. Saya prihatin dengan nasibnya, sudah menikah dengan suami yg beristri dan juga tertipu dengan relasi suaminya. Ibaratnya, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Nelongso...
Harapan kita semua tentu saja hal-hal yang menyakitkan para BMI yang notabene kurang pengetahuan dalam berbagai hal namun punya semangat tinggi dalam bekerja dan mencari uang, semakin arif dalam menyikapi, apalagi soal keuangan karena uang tidak mengenal saudara bahkan orang tua sekalipun. Walau sebagai BMI - menurut saya sudah beruntung - karena di tengah situasi ekonomi tanah air yang semakin merosot dimana harga-harga kebutuhan pokok semakin mencekk rakyat kecil dan rupiah semakin anjlok sehingga gaji yang diterima BMI semakin mahal.
salam damai,
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H