Bangsa Kurdi adalah bangsa yang besar. Bangsa ini pernah menguasai kawasan Arab Timur Tengah pada masanya. Coba tengok sejarah Islam. Bangsa inilah yang berhasil menangkal pasukan kuat dan bengis Jengis Khan di Ain Jalut. Dinasti-dinastinya pernah menguasai Mesir. Bahkan salah seorang Sultannya Salahuddin Al-Ayyubi adalah satu-satunya Sultan yang berhasil mengembalikan Al-Quds (Yerussalem) dari kekuasaan Kristen-Eropa saat itu. Bangsa Arab dalam sejarah belum pernah berhasil merebut Al-Quds (Yerussalem) dari dulu hingga sekarang. Bahkan politik bangsa Arab juga gagal dalam merebut kota suci tersebut yang saat ini dibawah kekuasaan Israel. Memang bila isu nasionalisme bergaung pada saat itu, kita yakin bahwa bangsa Kurdi telah menjadi penguasa kawasan dan bahasa Kurdistan akan menjadi bahasa resmi di kawasan negara berbahasa Arab dengan menjadikannya negara Kurdistan. Namun, Salahuddin Al-Ayyubi dan kawan-kawan tidak mengenal isu sektarianisme. Yang ada dalam benak dan fikiran mereka adalah nasionalisme "Islam". Kemudian memang dalam perkembangannya, setelah perang dunia I dan II bangsa Kurdi ini terkotak-kotak dalam beberapa negara dan termasuk minoritas dalam negara tersebut. Bangsa Kurdi terdapat di Turki Timur. Hingga saat ini perjuangan mereka masih berlangsung walau ditindas oleh pasukan Turki. Tokoh pejuang mereka Abdullah Ojalan masih mendekam di penjara penguasa Turki hingga saat ini (isu Kurdistan Turki menjadi kartu truf buat Israel jika Turki terlalu keras kepada mereka, khususnya di masa pemerintahan PM Recep Teyep Erdogan saat ini). Bangsa (Suku) Kurdi juga terdapat di Irak Utara. Saat ini mereka mendapat wilayah semi-otonom di kawasan dengan tokoh pejuangnya Jalal Talabani yang menjadi Presiden Irak sekarang dan juga Masud Barzani yang menjadi penguasa wilayah Kurdi yang kaya minyak itu. Lalu bangsa ini juga terdapat di Syria yang sekarang masih bergolak menggulingkan rejim Bashar Al-Assad. Suku ini juga terdapat di Iran Utara. Jumlah mereka cukup besar sekitar 25 juta jiwa yang hingga kini belum mempunyai negara. Akankah cikal bakal negara Kurdistan mengambil model Israel bila negara mereka dapatkan akan melakukan hijrah suku Kurdi kesitu? Blessing in disguise dari pergolakan ini adalah munculnya isu negara Kurdistan. Mungkin isu ini boleh kurang mendapat perhatian dunia, apalagi negara Arab yang selama ini menjadi penyokong oposisi Syria. Namun, para pejuang milisi Kurdistan Syria sudah mengusung isu ini menjadi perhatian kawasan dan regional. Kerjasama antar sesama bangsa (suku) Kurdi di kawasan semakin kuat seiring dengan semakin merebaknya perang saudara di Syria. Model kerjasama sudah dilakukan oleh milisi Kurdi Syria yang tergabung dalam Partai Persatuan Demikratik (Hizb al-Ittadi al-Dimokrati) Syria dengan Partai Buruh Demokratik (Hizb al-Ummal al-Dimokrati) Ojalan di Turki. Dengan begitu, terjadi persaingan kuat antara pejuang (milisi) Suku Kurdi dengan oposisi Syria di kawasan bahkan terjadi konflik-konflik diantara mereka dalam penguasaan wilayah yang dikuasai. [caption id="attachment_277727" align="aligncenter" width="560" caption="Suku Kurdistan dengan bendera mereka. Sumber: Al-Arab, 13/11/13"][/caption] Menurut pejuang Kurdistan Syria dari Partai Persatuan Demokrasi Redor Khalil bahwa mereka telah menguasai hampir 1/3 wilayah Kurdistan Syria di kawasan Utara khususnya di Provinsi Heskah, dimana penduduknya 70 % adalah suku Kurdi dan sisanya 30 % Arab. Lebih lanjut Khalil mengatakan bahwa milisi Kurdi juga berusaha menguasai wilayah-wialayah lain dimana suku Kurdi menjadi minoritas di kawasan dengan mayoritas dihuni oleh suku Arab seperti wilayah Jerables dan Azaz yang berbatasan strategis dengan Turki yang menjadi pasokan amunisi bagi oposisi dari teritorial Turki. Selain itu mereka juga sudah menguasai kota Tel Abyaz dan kota Ras Ein yang menjadi pasokan bala bantuan dan akomodasi dari Turki. Dengan seiring waktu berjalan persoalan isu Kurdistan semakin mencuat dan apakah isu ini akan melahirkan Negara Kurdistan di Syria Utara. Sejarah yang akan membuktikannya kemudian. Kita tengok saja nanti. Wallahu A'lam. salam damai, Sumber: Al-Arab, 13/11/2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H