Hari ini aku jumatan agak jauh dari rumah, karena, setelah kemarin dirundung hujan es - tumben di gurun turun hujan es - dan banjir dimana-mana, namun bukannya kesusahan bagi orang Arab, tapi tontonan gratis sehingga menjadi tambah macet. Selain memarkir mobil sesuka hati, juga menonton suasana banjir dimana banyak juga mobil yang tenggelam; para pengendara juga melambatkan mobilnya bisa ada genangan air, padahal biasanya melarikan mobil udah kaya setan biasanya, - juga rencananya sehabis shalat jum'at ingin menyantap soup hangat di tengah dinginnya suasana. Maka meluncurlah ke masjid yang mudah diakses ke rest soup tersebut.
Karena hari  jumat juga masih cukup dingin akibat hujan kemarin dan hari ini sehingga ruangan dalam masjid penuh sesak, berdesak-desakan. Semua jamaah memakai jubah dan baju tebal. Namun, khatib dengan suara lantang dan fashih serta menarik membawakan khutbahnya sehingga menghangatkan suasan ruhaniyah pada jamaah, termasuk saya. Beliau berbicara beberapa tema, intinya mengenai zakat dan sedekah. "Biasanya orang membayar zakat pada bulan Ramadhan atau Asyura, namun beliau mengingatkan bahwa pembayaran zakat tersebut berdasarkan hitungan bulan hijrah atau lunar (qamariyah), bukan masehi atau solar, walau hanya terpaut cuma 11-an hari antara penanggalan kedua sistem tersebut".
Isi khutbah terus meluncur dengan mengingatkan masalah sedekah dan zakat. "Tidak boleh pelit dan kedekut, kata orang melayu. Karena semua yang kita miliki hakikatnya bukan milik kita. (ingat tulisan Kang Zain Abdullah disini)). Semua yang kita miliki adalah milik Allah. Karena itu harus kita tunaikan hak-hak Allah, yaitu zakat, bahkan perbanyak juga sedekah.  Zakat adalah hak Allah yang ada pada titipan harta yang kita miliki. Khatib mengutip sebuah hadits Qudsi, bahwa 'orang miskin adalah keluarga-Ku, sedangkan orang kaya adalah wakil-Ku', kata Allah. Seraya mengingatkan bahwa orang yang peduli pada orang miskin, seolah-olah juga peduli pada 'keluarga' Allah. Tidak patut kita pelit dan bakhil pada harta yang juga bukan karena kemampuan kita, tapi karena anugerah Allah pada kita". Demikian pesan-pesan khatib.
Dalam pesan khutbah, khatib juga memberikan kisah menarik yang terjadi pada seorang ahli hadits dan sufi terkenal Abdullah bin Mubarak, bagaimana ganjaran orang yang bersedekah pada orang miskin. Ibn Mubarak ingin melaksanakan ibadah haji dan sudah diketahui oleh para jamaahnya. Namun, dia menemui seorang perempuan tua sedang membawa ayam mati (tergolong bangkai, karena tidak disembelih) dan hendak dimasak. Lalu Ibn Mubarak berkata, 'wahai ibu, kenapa engkau memasak ayam mati tersebut'. Lalu ia menjawab, 'Allah membolehkan karena terpaksa. Tidak ada lagi yang dimakan. Saya seorang janda dengan tanggungan 4 orang anak yatim'. Mendengar hal tersebut, Abdullah Mubarak menyerahkan semua uang bekal naik hajinya dan dia bilang pada jamaahnya tidak jadi pergi haji. Si perempuan itu sangat terharu dan mendoakan laki-laki tadi yang tidak dikenalnya. Singkat cerita, jamaah haji dari Irak pun (tempat tinggal Ibn Mubarak) berangkat ke Makkah. Ketika merka tiba kembali dari menunaikan ibadah haji, mereka bercerita kepada para pelayat (pengunjung) yang nengokin orang yang pulang haji, 'berterima kasih dengan Abdullah Mubarak, karena dialah semuanya yang membimbing mereka melaksanakan ibadah haji, muali tawaf di masjidil haram, wukuf di Arafah maupun melontar di Mina, dsb. Singkatnya para jamaah haji sangat bersyukur dengan semua pertolongan Ibn Mubarak'. Padahal Ibn tidak jadi berangkat ke Makkah. Mendengar kabar tersebut, Ibn Mubarak mengambil air wudhu dan shalat sunat sebagai rasa syukur karena dengan menyedekahkan harta ongkos naik naik, namun pahala haji tetap didapat dari Allah.
Dikisahkan pada malam harinya, Ibn Mubarak bermimpin bertemu Nabi Muhammad yang menyampaikan bahwa Allah mengutus malaikat menyerupai Ibn Mubarak membimbing jamaah haji Irak dan mengganjar pahala haji berlipat ganda kepada Abdullah bin Mubarak'.
Pesan profetik yang mengagumkan, saya sendiri berlinang air mata mendengarnya, begitu juga jamaah yang lain, sangat tergugah dengan kisah mengharukan tersebut. (Filosofi, SPEND, ALLAH WILL SEND, benar-banar dibuktikan). Sebuah oleh-oleh shalat Jum'at hari ini (17/12/2010) yang memotivasi kita untuk jangan pelit dan bakhil. Khatibpun mengutip firman Allah dalam surah Alu Imran ayat 180, yang isi pesannya kl, ' Janganlah kamu menganggap bahwa yang kamu pelitkan dari harta yang sebenarnya bukan karena kepintaran dan kehebatan kamu, namun karena anugerah Allah, itu baik bagimu. Tapi itu sungguh buruk bagimu. Bahkan kepelitan itu akan membawa bencana bagimu di akherat kelak. Milik Allah warisan langait dan bumi. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan'. Masya Allah, pesan motivasi cemerlang dari sepotong wahyu dan firman Allah. Apakah kita masih mau pelit, tidak mau membayar zakat dan sedekah. Padahal harta itu semua hanya karena kemurahan Allah pada kita. Bukan karena kepinteran dan kehebatan kita.
Masya Allah, sungguh menggugah,,,,
Salam sedekah,,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H