Mesir gudangnya para Qari Al-Qur'an yang bersuara merdu dan bernafas panjang. Di negara Arab lainnya tidak banyak terdapat para qari yang melantunkan bacaan Al-Qur'an dengan langgam dan nazam, apalagi di Arab Saudi yang - wallahu A'lam - ulama wahabinya melarang melagunakan Al-Qur'an, sehingga tidak muncul qari-qari di negara tersebut. Kalau bacaan biasa, banyak sekali terutama imam-imam di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Madinah yang suaranya merdu-merdu. Para qari di Mesir juga mempunyai ciri khas tersendiri model lagu dan langgam bacaan yang tidak boleh meniru gaya dan model qari lain. Yang banyak diadopsi oleh qari Indonesia adalah model bacaan Sheikh Abdul Basith Abdul Samad yang pernah mengajar mahasiswa PTIQ Jakarta sehingga alumni Indonesia meniru gaya langgam beliau sebagaimana dilakukan oleh qari Indonesia Muammar ZA. Diantara qari Mesir yang ingin saya tulis adalah Sheikh Mustafa Ismail, yang mempunyai suara emas dan merdu. Sheikh Mustafa dilahirkan di desa Meit Gazal, dekat kota Tanta pada 17 Juni 1905 dan meninggal 23 Desember 1978 dalam usia 73 tahun. Beliau berasal dari keluarga mampu dan kaya di desanya. Kakeknya tidak ingin melihat cucunya terjun sebagai petani kaya sebagaimana yang dilakukan oleh ayahnya Sheikh Mustafa. Kakeknya memasukkan cucunya Mustafa ke kuttab (pengajian Al-Qur'an di desanya), pada usianya baru 5 tahun. Kemerduan suara anak kecil tersebut membuat gurunya Sheikh Abd. Rahman Najjar cukup perhatian dan mengajarkan Mustafa kecil, selain kekuatan hafalannya yang cepat dan cerdas. Kemudian dia meneruskan pelajarannya ke Madrasah Al-Azhar Cabang Tanta yang terkenal dan mendapat licensi dari para guru dan Sheikhnya di bidang qari (pembaca Al-Qur'an). Sebagai seorang qari yang tidak pernah lepas dengan kitab suci, Sheikh Mustafa berharap bahwa apabila dirinya dipanggil oleh Allah dalam keadaan membaca kitab suci-Nya. Sheikh selalu berdoa, 'Allahumma laa tahrimni minattilawah hattaa alqaaka' (Ya Allah, Janganlah kau jauhkan aku dari bacaan kitab suci (Al-Qur'an) hingga aku menemui-Mu). Allah mengabulkan doa Sheikh dan meninggal dunia setelah membaca Al-Qur'an pada pembukaan masjid besar di kota Dimyat yang ditemani putrinya. Ketika kembali ke desanya, selalu membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an sepanjang perjalanan dengan sopir setianya yang selalu mengantarkannya, ketika sudah dekat antara Tanta dan Mahallah Kubra, Sheikh meminta untuk menuju kota Aleksandria. Ketika tiba di kota Damanhur, Sheikh minta dibelikan makanan fool, makanan khas rakyat Mesir (terutama mahasiswa yang tidak punya duit), dan makan bersama sopirnya, tidak lama setelah itu jiwanya yang tenang kembali menghadap keharibaan pemiliknya, Allah swt. Rahimahullah Sheikh Mustafa Ismail.... salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H