Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Basha Ahmad Mubarki Melawan...

29 April 2010   15:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:30 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_129552" align="aligncenter" width="225" caption="Novel Karya Basha (http://www.asmarna.org/al_moltqa/showthread.php?p=164624)"][/caption] Perempuan Arab Saudi terus menuntut dan berontak. Suara-suara perlawanan secara perlahan tapi pasti, terus bergayut di negara padang pasir tersebut. Dibawah bayang-bayang 'diskriminasi' suara perempuan terus nampak mencuat ditengah masyarakat yang dikuasai dan didominasi laki-laki (paternalisme) perempuan terus menuntut hak. Basha Ahmad Mubarki, novelis dan cerpenis Arab Saudi merupakan suara inovatif yang telah menempatkan posisinya di tengah-tengah suara gemuruh inovatif Arab Saudi dan baru-baru ini telah menerbitkan karyanya yang berjudul Hubb Elektrony ('Cinta Elektronik'). Dalam sebuah wawancara dengan 'Yawmiyat al-Tsaqafah' (Harian Budaya) di surat kabar al-Arab edisi 26 April 2010, menjawab pertanyaan bagaimana pandangannya mengenai fakta novel dan dunia sastra  di Arab Saudi akhir-akhir ini. Basha menjawab bahwa ada sisi positif dan ada pula sisi negatif dalam menuju kematangan karya. Karena masyarakat Saudi tidak memberikan peluang dan kesempatan yang optimal kepada perempuan. Masyarakat Arab Saudi masih berada  di bawah belenggu adat istiadat, taqalid dan budaya negatif. Karya-karya perempuan tersebut tidak mencerminkan fakta kenyataan masyarakat yang sesungguhnya. Saya kira itu merupakan proses dan memerlukan perjuangan untuk tetap terus menerus melakukan dan bertahan pada jalur perjuangan. Mengenai kebebasan yang termarginalkan di Arab Saudi apakah karena disebabkan oleh sikap resmi pemerintah ataukah karena sikap masyarakat. Basha pun menjawab bahwa kebebasan di negaranya dalam keadaan konflik antara pemerintah dan lembaga resmi dengan masyarakat. Bisa diambil contoh, misalnya larangan mengendarai kendaraan beroda empat bagi perempuan yang hingga sekarang perempauan tidak dapat melakukannya karena masyarakat Arab Saudi menilainya perempuan tidak kapabel dan lembaga resmi mengamininya. Apa yang ditulis Basha merupakan bagian dari perjuangan kaum perempuan Arab Saudi. Oleh karena itu perempuan Arab Saudi harus bangkit memperjuangkan hak-haknya, kemauannya, fikirannya, persoalannya,  cita-citanya; dan menurut Basya setiap perempuan di masyarakat manapun perlu ada yang memperjuangkan dan membelanya, bukan hanya dari kalangan perempuan itu sendiri. Tapi juga dari kalangan laki-laki sebagai partner perempuan. Budaya 'minyak' masih sangat kuat mencokol di masyarakat gurun tersebut dan memerlukan waktu untuk bisa nampak secara wajar di tengah masyarakat dunia. Perempuan Arab Saudi terus berjuang di tengah dominasi laki-laki dan ulama fundamentalis yang berkolaborasi dengan 'lembaga resmi' (Kerajaan). Selamat berjuang...semoga terus sukses... salam, peace, syaloom...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun