Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ayo...Lihat Lempengan Bulan Jatuh dari langit...!!!

17 April 2010   18:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:44 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_120794" align="aligncenter" width="300" caption="Volcano Wa An-Namus (http://www.alarab.co.uk/libyatoday/display.asp?fname=201044-1514.htm&dismode=x&ts=15-4-2010%209:41:23)"][/caption] Gurun Pasir Sahara (sand sea) di Libya Selatan masih perawan. Murni dan asli. Membentang sepanjang 2000 km lebih, yang dibagi dalam tiga 'wilayah' (Sha'biyyat), sebelah Timur Sha'biyah Kufrah berbatasan dengan Mesir dan Sudan. Ibu kotanya kufrah, dimana pesawat Sudan pernah dibajak dan mendarat di kota tersebut pada tahun 2008 lalu. Ditengahnya wilayah Murzuk memanjang di perbatasan Chad dan Niger, dengan ibu kota Murzuk, dan di sebelah Barat wilayah Ghat berbatasan dengan Niger dan Al-Jazair dengan ibu kotanya Ghat, sebuah oase cantik di tengah gurun pasir perawan (sand sea). Di Selatan Libya tersebut, tepatnya di kota Zuwelah kekuasaan Dinasti Fatimiyah yang berpusat di Tunisia nyampe hingga ke kawasan tersebut, - sangat susah saya membayangkan pada saat itu yang hanya mengandalkan kendaraan onta bisa berpetualangan ribuan kilometer dari Tunisia hingga ke jantng sand sea tersebut. Peninggalannya masih ada di kota Zuwelah berupa kuburan yang dinakaman 'Kuburan Penguasa Bani Khattab' dan juga di wilayah Wadi Gatroun, antara lain desa 'Madrusah', yang panas, dan terdapat sebuah istana yang tinggal puing yaitu 'Qasr Massud' (Istana Massud). Di tengah gurun tersebut juga terdapat sebuah 'kuburan' yang sepi dan sunyi dimana didalamnya terbaring sahabat penakluk Afrika Utara, Uqbah bin Nafi. Disitu tertulis, 'kuburan Uqbah bin Nafi', walau pendapat yang paling kuat adalah kuburan sahabat Uqbah yang mendakwakan Islam disana. Tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan disini. Soal itu nanti saya tulis di lain kesempatan. Kota terbesar di Selatan Libya adalah Sebha. Dari Tripoli kl 1 jam ditempuh dengan pesawat. Ke sebelah tenggara menuju kota Zuwelah dan Temassah ke arah  kota 'Waw Al-Kabir', kl  sepanjang 300 km, ke arah Timur akan menemui sebuah 'Volcano Lakes' Waw An-Namus. Sebuah vulkano, yang merupakan satu-satunya di gurun pasir perawan (sand sea) yang sangat eksotis tersebut, bahkan satu-satunya di dunia. Vulkano tersebut mendapat perhatian para ekspedisi Eropa sejak zaman dulu. Vulkano yang membentuk gunung  seluas 20 km tersebut dengan ketinggian 575 meter, dikelilingi 3 buah danau yang ditumbuhi pepohonan khas gurun pasir, dan berbagai jenis hewan, terutama lalat dan berbagai jenis burung. Vulkano 'Waw An-Namus' merupakan wilayah cagar alam dilindungi dimana di situ terdapat hewan yang tidak terdapat di kawasan bumi lain, antara lain ditemukan sebanyak 16 jenis lalat di kawasan tersebut dan burung-burung. Vulkano tersebut menakjubkan karena merupakan adanya bentukan yang sangat mengagumkan di tengah gurun pasir perawan sejak ribuan tahun. Salah seorang penjelajah dan geolog berkebangsaan Italia yang menyaksikan keindahan vulkano tersebut terkagum-kagum (bengong-bengong) menyaksikan kenyataan yang dia saksikan, sehingga Vulkano Waw An-Namus tersebut diumpamakan sebagai  'lempengan' (pecahan) planet Bulan yang jatuh ke bumi saking menakjubkannya, dan tidak dimiliki di belahan dunia lain. Penjelajah Perancis dan ekpedisi ilmiah yang dipimpin oleh Loran Rebelles pada tahun 1918 sudah menjelajah kawasan tersebut dan membuat laporan ilmiah mengenai keajaiban kawasan yang eksotis tersebut. Kemudian dilanjutkan oleh penjelejah Italia, Erdeto Dessio yang melakukan penelitian mengenai sand sea di Libya dan terakhir ekspedisi Jerman, Benjamin Rechter  pada tahun 1942 yang melewati kawasan tersebut dalam perjalannya ke kota Tajarbou  membelah sand sea ke sebelah Timur. Ekspedisi tersebut menemukan berbagai jenis lalat di kawasan tersebut sehingga dinamakan vulkano 'Waw an-Namus' (Waw Lalat). Ada kompasianer yang tertarik untuk berpetualang di gurun pasir perawan (sand sea) tersebut. Pasti sangat menantang dan mengagumkan....monggo...!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun