[caption id="attachment_110117" align="alignleft" width="300" caption="(http://www.paramadina.ac.id/tentang-kami/lokasi-kampus.html)"][/caption] Jalan Jend. Gatot Subroto di Jakarta merupakan salah satu jalan protokol yang membelah ibu kota Jakarta drai arah Timur ke Barat. Mungkin satu-satunya jalan yang sangat strategis di Jakarta ditinjau dari sisi bentangan timur-barat, walau ada seperti jalan Casablanka, tapi 'value'nya beda. Ada jalan protokol lainnya, seperti jalan Jend. Sudirman dan M.H. Thamrin, tapi membentang dari arah Utara-Selatan. Sepanjang jalan Gtotot Subroto juga berdiri perkantoran megah, gedung-gedung tinggi, RS dan juga perbankan. Lho apa hubungannya Jalan tersebut dengan apa yang ingin saya tulis dari sisi filosofisnya. Apa kelebihan jalan atau lokasi tersebut dengan lokasi dan jalan lainnya??? Yang jelas bahwa jalan Gatot Subroto merupakan kawasan elit dan bergengsi, mempunyai pamor tersendiri bagi yang berada di kawasan elit tersebut. Cak Nur sebagai orang yang selalu melihat sesuatu dengan konteks dan pendekatan filosofis memandangnya dengan kacamata filsafat. Sebagai mayoritas penduduk Indonesia, dan juga penduduk ibu kota Jakarta Raya, tapi tidak ada satu pun perguruan tinggi yang mewakili umat mayoritas (Islam) tadi di kawasan elit dan bergengsi tersebut. Ada perguruan tinggi Islam di jakarta, tapi letaknya di pinggir, kampung atau bukan di kawasan elit. Misalnya, Universitas Islam Assyafi'iyah di Jatiwaringin, pinggiran; ada Uniersitas Attahiriyah, juga dikawasan 'kumuh', gak elit dan sempit. Ada UIN dipinggir. Tidak ada satupun Universitas Islam atau bernuansa Islam di sepanjang jalan yang membentang dari Timur ke Barat tersebut. Tapi sebaliknya Universitas yang dimiliki oleh pemeluk agama Kristen atau PT Umum banyak dikawasan elit, sebut saja, misalnya dari Cawang, ada UKI, terus ke Barat, ada Atmajaya, terus ke barat lagi ada Tarumanegara, ada Trisakti, dan seterusnya lagi ada Universitas Pelita Harapan, dsb. Cak Nur miris dan juga yang lainnya, termasuk saya tentunya, yang merupakan mayoritas tapi tidak punya perguruan tinggi citra Muslim di kawasan elit tersebut. Itulah sebabnya mengapa Universitas Paramadina (UPM) berusaha untuk berada di kawasan tersebut, tepatnya di Jalan Gatot Subroto, sebagai jawaban kok katanya mayoritas dan banyak orang Islam yang kaya raya juga, bahkan pesta saja menghabiskan Rp 200 M, kata Bang Avian, tapi....??? Bahkan Cak Nur dengan kebaradaan kampus UPM di situ, memimpikan sebuah kampus yang mempunyai konsep 'TRILOGI' (saya senang menggunakan istilah tersebut sebagaimana saya tulis sebelumnya mengenai trilogi Islam) dengan integarlitas 'main campus, main library and main mosque'. Mimpi Cak Nur hingga saat ini memang belum terwujud, semoga saja cita-cita beliau, dan juga umat Islam tersebut dapat terwujud. Semua itu menjadi amanah bagi civitas akademika UPM, dan Sang Rektor Dr. Anies Baswedan beserta staff untuk menjawabnya. Kita nantikan....dan saya cuma mengingatkan saja....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H